
SALATIGA – Untuk meringankan beban sebagian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari lantaran terdampak pandemi virus Corona (Covid-19) warga Kampung Pungkursari, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga mendirikan lumbung sembako.
Dari pantauan di lokasi salah satu lumbung sembako yang terletak di lingkungan RT 4/ RW 3, Kampung Pungkursari, Salatiga, nampak warga bebas mengambil stok sembako yang tersedia mulai telur dibungkus dalam plastik masing-masing dua butir.
Lalu, minyak goreng kemasan gelas. Beras di bungkus dengan berat kisaran 1/2 kilogram dan gula pasir masing-masing berukuran seperempat kilogram serta mie instan.
Seluruh sembako ditata dalam kardus kertas dan ditata di rumah warga yang berada di sebelah masjid Al Murtadlo. Sementara di deretan ujung, ada kotak kaca yang digunakan sebagai tempat warga untuk berdonasi.
Pengelola Lumbung Sembako RT 4/ RW 3, Pungkursari Salatiga ari mengatakan, tujuan didirikannya lumbung tersebut untuk meringankan warga yang terdampak virus Corona.
“Sistemnya dari warga untuk warga. Jadi sembako yang ada merupakan sumbangan masyarakat dan boleh diambil oleh warga lingkungan secara gratis,” terangnya kepada wartawan
Ia menambahkan, sembako yang tersedia pada lumbung tersebut berupa beras, minyak goreng, telur, beras, gula dan mie instan. Warga terutama kalangan tidak mampu dapat mengambil seperlunya, sedangkan mereka merasa memiliki kelebihan diharapkan turut menyumbang.
Dikatakannya, pendirian sembako merupakan ide dari warga lingkungan sebagai bentuk solidaritas ditengah pandemi virus Corona.
“Lumbung buka sampai pukul 20.00 WIB. Jika ada sumbangan berupa uang nanti dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sembako, kemudian dikemas dengan ukuran kecil,” katanya
Taufik mengungkapkan semula dibuka pertama kali lumbung sembako pada 20 April lalu terkumpul uang senilai Rp 700 ribu. Selanjutnya, uang tersebut dibelanjakan harapannya ada gerakan bersama dari warga kembali ke warga dapat menjadi solusi atas kesulitan dalam membeli sembako.
Pihaknya menyatakan, adanya gerakan masyarakat para tokoh di RW tersebut kemudian menyediakan tempat bagi warga untuk saling berbagi.
“Kami tidak membatasi jumlah pengambilan. Namun yakin jika semua warga punya nurani sehingga mengambil seperlunya,” ujarnya