
UNGARAN – Empat mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran berhasil mengembangkan suplemen herbal pelancar ASI. Mereka adalah Joni Prasetyo, Hananda Oktaviani Rahayu, Widiana Permata Sari, dan Finka Normalita Putri. Suplemen yang mereka buat berasal dari ekstrak daun katuk dan daun kelor.
Pengembangan suplemen herbal ini pun mengantarkan mereka meraih medali di ajang ASEAN Innovation Science and Entrepreneur Fair (AISEF) 2020 di Surabaya, Jawa Timur mulai tanggal 14-16 Februari 2020 kemarin.
AISEF merupakan kompetisi sains dan enterpreneur di lingkup Asia Tenggara. Ketua tim UNW, Joni Prasetyo, mengaku bangga dengan hasil yang didapatkan timnya. Di kompetisi internasional itu, pihaknya mendapatkan medali perunggu untuk kategori inovation science.
“Bangga sekali, jerih payah riset yang kami lakukan berbuah manis,” katanya, Senin (17/2/2020). Joni mengaku, ide pengembangan suplemen tersebut berawal dari rasa prihatin karena banyak ibu yang tidak mau menyusui anaknya. Di samping itu masih banyak ibu menyusui yang meminum obat kimia pelancar ASI sebelum menyusui anaknya.
“Padahal menggunakan obat kimia kurang bagus efek sampingnya dibandingkan penggunaan obat tradisional,” ungkapnya. Disampaikannya, obat tradisional cenderung tidak memiliki efek samping sehingga aman bagi ibu dan buah hati. “Maka kami melakukan riset penggunaan daun kelor dan daun katuk untuk suplemen pelancar ASI,” jelasnya.
Dalam riset yang dilakukan sejak awal tahun ini, daun kelor dan daun katuk dapat meningkatkan jumlah ASI pada ibu menyusui karena ada senyawa terpenoid di kedua daun tersebut yang mendukung perkembangan ASI.
Percobaan dilakukan secara organoleptik, invivo, dan juga fiktokimia dari daun tersebut kepada manusia. Namun sebelum diberikan kepada manusia, terlebih dahulu diujicobakan kepada beberapa sampel hewan mamalia.
“Dari situ kami simpulkan bahwa dengan suplemen pengembangan kami, dapat menambah jumlah ASI ibu menyusui,” katanya.
Dalam risetnya juga, ia mengungkapkan ekstrak daun kelor dan daun katuk juga bisa mengurangi resiko anak stunting, atau menjadi kurang gizi. Hal itu disebabkan daun kelor dan daun katuk dapat menambah kalori terhadap ASI yang dihasilkan ibu menyusui. Ia pun mengaku tim tersebut melakukan riset secara hati-hati, sehingga suplemen herbal yang dihasilkan aman dikonsumsi ibu menyusui.
Setelah ini, Joni mengaku timnya akan kembali meriset uji efektivitas kedua daun tersebut dengan skala yang lebih besar. “Kami juga akan menjual ide tersebut ke perusahaan obat yang ada di Indonesia terkait kombinasi antara ekstrak kedua daun tersebut. Sehingga melahirkan produk yang aman dikonsumsi para ibu menyusui,” paparnya.
Sementara Kaprodi Kesehatan Masyarakat UNW, Alfan Afandi, mengaku mengapresiasi tim tersebut yang telah berhasil meraih medali di kompetisi skala internasional. Dia berharap dengan adanya mahasiwa berprestasi tersebut bisa menjadi acuan mahasiswa lainnya ikut berprestasi di bidang lainnya. “Artinya mereka harus terus melakukan riset dan juga inovasi, yang karyanya nantinya bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (win)