
UNGARAN – Peduli dengan nasib masa depan anak yatim piatu yang ada diwilayah Kabupaten Semarang, kota Salatiga, Boyolali, Semarang dan Solo, Komunitas Sosial Waskitho akhirnya mendirikan pondok pesantren diatas tanah seluas 2 ribu meter persegi di Dusun Dlisem, Desa Cukil, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, yang merupakan tanah Wakaf dari Sutarno warga Salatiga.
Kepada rasikafm.com Ketua Komunitas Sosial ‘Waskitho’ Bondhan Bagus Widodo mengatakan pendirian pondok pesantren sendiri bertujuan memberikan bekal bagi para yatim piatu melalui dunia pendidikan sekaligus menyatukan mereka yang selama ini tinggalnya terpisah “kami ingin keberdaan Waskitho bisa bermanfaat bagi sesama tanpa melihat unsur agama dan golongan” kata Bondhan. Selasa 23 Juni 2020.
Waskitho sendiri berdiri pada 20 februari 1996. Sejak 24 tahun lalu komunitas ini bergerak pada bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Baik melalui kegiatan santunan rutin maupun program beasiswa,” tambahnya kepada wartawan di lokasi peletakan batu pertama pembanggunan Pondok.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=jojMo3LA9OM[/embedyt]
Selain anak yatim piatu sasaran program penerima manfaat ialah orang-orang yang secara kelayakan berhak menerima bantuan dari pemerintah tetapi kurang mendapat perhatian.
Bondhan menambahkan, seluruh operasional kegiatan sosial digalang dari para anggota dan donatur secara mandiri swadaya tanpa melibatkan unsur pemerintah atau organisasi politik.
“saat ini sudah ada sekitar 17 ribu anggotanya yang tersebar di Kabupaten Sragen, Boyolali, Surakarta, dan Kota Semarang, salatiga dan terbesar dikabupaten Semarang yang mencapai lebih dari 10 ribu anggota. Mereka disebut anggota jamaah karena internal juga ada kegiatan keagamaan,” katanya
Sementara itu terkait pendirian pondok pesantren sendiri merupakan program terbaru karena sejauh ini baru bergerak pada santunan rutin. Sampai sejauh ini ada sekitar 750 anak yatim piatu dibawah asuhan komunitas yang mendapat bantuan rutin.
Pihaknya menyatakan, bagi mereka yang ingin melanjutkan sekolah dari PAUD sampai pada perguruan tinggi juga turut difasilitasi. Bahkan dari program sosial komunitas ini sudah ada empat orang telah lulus sebagai sarjana kedokteran.
“Adapun bantuan perbulan yang kami keluarkan untuk kegiatan sosial rutin sendiri mencapai Rp 60-70 juta perbulan. Keberadaan pondok ini nantinya juga gratis utamanya yatim piatu,” ujarnya.
Sebagai penginggat saja saat ini keberadaan Waskitho yang mengusung slogan “OJO MUNG ELING BUTUHE URIP, NGANTI LALI GUNANE URIP” yang artinya “jangan hanya ingat kebutuhan Hidup sampai lupa manfaatnya hidup” itu kini semakin banyak yang telah merasakan manfaatnya, apalagi kini sudah lebih dari 1.100 anak telah dibantu (rief)