UNGARAN – Setelah sempat vakum selama dua tahun yakni pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19, Kejuaraan Terbuka Gantole Telomoyo Cup VI dilaksanakan kembali pada tahun 2022 ini. Sebanyak 39 pilot (atlet gantole) mengikuti kejuaraan olahraga dirgantara ini sejak Senin (12/9/2022).
Ditemui pada hari kedua pelaksanaan event ini, Wakil Sekjen Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (PB FASI) Ersy Nuzul Firman mengatakan penyelenggaran kejuaraan tahun ini diakui terkendala faktor cuaca.
“Tahun ini ada masalah unik, sepanjang tahun hampir turun hujan. Seperti hari ini, cuaca tidak optimal tentu menyulitkan para atlet untuk terbang,” ujarnya di lokasi pendaratan kawasan persawahan Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Selasa (13/9/2022).
Selain faktor cuaca tersebut, dijelaskan Ersy masalah yang lain adalah lokasi pendaratan yang basah akibat sisa hujan beberapa hari sebelumnya.
“Kemarin hari pertama saja, mereka baru bisa terbang sekitar jam 14.00 karena cuaca yang tidak menentu, padahal normalnya jam 12.00. Belum lagi lokasi pendaratan yang hampir 100 persen basah, itu juga menjadi kendala tersendiri,” ungkapnya.
Ditambahkan Ersy, pada kejuaraan tahun ini tidak ada peserta asing yang mengikuti. Tidak seperti pada pelaksanaan terakhir sebelum pandemi, di mana ada peserta dari negara Jerman, Jepang, Australia dan Korea.
“Pertimbangannya karena angka kasus Covid-19 di sana (luar negeri) masih tinggi, sehingga mereka belum leluasa bepergian ke luar negara. Tapi paling tidak, penyelenggaraan kali ini membuktikan bahwa kita sudah aktif lagi. Harapannya tahun depan bisa meriah dan diikuti peserta dari luar Indonesia,” imbuhnya.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang turut hadir menyaksikan kejuaraan tersebut mengapresiasi pelaksanaan lomba olahraga dirgantara ini. Menurutnya event tersebut sangat menarik dan langka.
“Ini unik ya, ada dua titik take off dengan lokasi landing di sekitar Danau Rawapening. Ini kalau digarap betul, spotnya dapat, tourism-nya juga dapat,” bebernya.
Menurut orang nomor satu di Jawa Tengah itu, diperlukan dukungan dan dorongan untuk memaksimalkan potensi pariwisata yang bisa ‘dijual’ kepada publik. Jika bersamaan dengan event lomba seperti saat ini, maka yang bisa ditawarkan adalah sektor olahraga dirgantaranya. Sementara ketika tidak ada agenda, maka yang dijual spot tourism-nya.
“Perlu dibuat landasan permanen. Nanti bisa dimanfaatkan dengan wisata aero sportnya. Misalnya dengan terbang tandem bersama pemandu yang sudah profesional. Wong event sebelumnya ada orang Jepang dan Australia yang bilang event ini bagus kok, sehingga bisa jadi agenda pariwisata berikutnya di Jateng,” tandasnya. (win)