RASIKAFM.COM | UNGARAN – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Jawa Tengah, dengan total 2.900 hewan ternak terindikasi terpapar hingga 7 Januari 2025. Kasus ini tersebar di 25 kabupaten/kota, meliputi 207 kecamatan di 496 desa/kelurahan.
Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah, Ignasius Hariyanta Nugraha, menyampaikan bahwa dari total populasi 1,3 juta sapi potong dan perah, terdapat 2.387 ekor yang suspect PMK.
“Dari jumlah tersebut, 25 ekor dinyatakan sembuh, 20 dipotong paksa, dan 56 ekor mati. Hingga kini, penanganan telah dilakukan terhadap 2.286 ekor,” ungkapnya saat acara pemberian bantuan vaksin oleh Kementerian Pertanian kepada peternak sapi di Desa Kadirejo, Pabelan, Kabupaten Semarang, Rabu (8/1/2025).
Blora menjadi daerah dengan kasus PMK tertinggi, mencapai 372 ekor, disusul Sragen dengan 307 ekor. Sebagai upaya pencegahan, penutupan pasar hewan dilakukan di Wonogiri mulai 6-9 Januari.
“Kami telah mendistribusikan 8.750 dosis vaksin untuk dilakukan vaksinasi. Pengobatan ternak sakit, disinfeksi kandang, serta distribusi disinfektan ke kepala desa juga terus dilakukan,” ungkapnya.
Pihaknya juga melakukan investigasi setiap ada laporan, mengedukasi peternak, pedagang, dan jagal agar tidak melalulintaskan hewan sakit, serta terus menyampaikan informasi melalui media sosial.
Sementara Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Sintong Hutasoit, mengakui adanya peningkatan kasus PMK di Pulau Jawa sejak Desember 2024, terutama memasuki musim penghujan.
“Kasus ini tidak perlu dikhawatirkan, tetapi harus diwaspadai. Perubahan cuaca ekstrem menjadi pemicu munculnya penyakit,” kata dia.
Pemerintah telah mendistribusikan 50.000 dosis vaksin ke sentra peternakan, termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Jawa Barat, dan Lampung. Untuk 2025, pemerintah pusat menganggarkan 4 juta dosis vaksin, yang akan mulai didistribusikan secara bertahap akhir Januari.
“Februari kami targetkan menjadi bulan vaksinasi massal,” bebernya.
Sintong juga mengimbau peternak skala besar untuk melakukan vaksinasi mandiri agar dosis yang disediakan pemerintah dapat difokuskan untuk peternak kecil.
“Vaksin seharga Rp25 ribu per dosis ini sangat terjangkau untuk melindungi aset peternak. Kami optimistis jika vaksinasi dijadwalkan dengan baik, PMK tidak akan mengganggu usaha ternak,” tambahnya.
Meski sapi potong menjadi kelompok utama yang terpapar, sapi perah relatif lebih aman karena peternaknya lebih sadar akan pentingnya vaksinasi. Kondisi ini membuat produksi susu nasional tidak terlalu terpengaruh oleh wabah PMK. (win)