RASIKAFM.COM | UNGARAN - Dampak El Nino mulai dirasakan oleh petani di Kabupaten Semarang. Terlebih bagi mereka yang menggarap lahan pertanian tadah hujan yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan utama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, selama periode pengamatan pada bulan Juli 2023 terdapat 30 hektare lahan pertanian yang rusak akibat kekeringan. Jumlah itu tersebar di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Tengaran, Pringapus, dan Pabelan.
“Paling parah terjadi di Kecamatan Pabelan. Dari total lebih kurang 200 hektare lahan pertanian yang tersebar di Desa Semowo, Tukang, Sumberejo, dan Kadirejo, 21 hektare di antaranya mengalami kerusakan kategori berat,” ungkap Mohammad Edy Soekarno, Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang saat dikonfirmasi di kantornya, Rabu (9/8/2023).
Dijelaskan secara rinci oleh Edy, di Kecamatan Tengaran terdapat 2 hektare dari keseluruhan 23 hektare lahan pertanian di Desa Cukil mengalami kerusakan ringan hingga sedang. Sedangkan di Kecamatan Pringapus, dari total 90 hektare lahan pertanian yang tersebar di Desa Jatirunggo, Wonorejo dan Wonoyoso, sebanyak 7 hektare mengalami kerusakan kategori ringan akibat kekeringan.
“Hampir semuanya lahan tadah hujan. Sehingga memang cukup terdampak kekeringan pada tahun ini,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, lanjut Edy, tahun ini pihaknya akan melaksanakan pengadaan pompa air sebanyak 15 unit bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK), sumur dalam (bor) sebanyak 12 unit, dan saluran irigasi sebanyak 40 unit.
“Sebagian besar akan diaplikasikan ke lahan pertanian tadah hujan di Kabupaten Semarang seluas 6.890 hektare, karena memang bertujuan untuk menambah indeks pertanaman,” imbuhnya.
Sementara Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dispertanikap Kabupaten Semarang Sugeng Riyono mengatakan kerusakan tanaman akibat kekeringan didominasi komoditas padi.
“Paling banyak varietas Ciherang dengan umur tanaman antara 35 sampai 75 hari,” paparnya.
Sugeng menyebut, jika dalam kondisi normal produktivitas padi rata-rata mencapai 5 sampai 6 ton per hektare. Dengan kondisi saat ini, potensi penyusutan produksi pada lahan yang mengalami kerusakan ringan hingga sedang adalah 25 persen. Sedangkan pada lahan yang mengalami kerusakan kategori berat bisa mencapai 70 persen.
“Artinya, penyusutan produktivitas padi pada keseluruhan lahan pertanian yang rusak pada musim tanam April hingga September tahun ini bisa mencapai 46 ton,” kata dia. (win)