SEMARANG – Masjid Jami Pekojan yang berada di Jalan Petolongan No.1 Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang dalam momentum bulan suci Ramadan selalu menyajikan makanan khas yaitu bubur india sebagai menu buka puasa.
Pembuatan Bubur india ini dilakukan setelah sholat Dhuzur dengan menggunakan tungku kayu berusia ratusan tahun untuk menyiapkan hidangan berbuka untuk ratusan jamaah Masjid Jami Pekojan.
Ahmad Ali (55) yang memimpin beberapa orang untuk memasak, terus mengawasi proses pembuatan hidangan berbuka. Meski terlihat berat, namun tidak ada keluhan maupun kelelahan dari raut wajah para juru masak itu.
Hidangan bubur india yang tengah diolah itu merupakan masakan khas para pedagang Gujarat. Ia mengatakan, tardisi berbuka dengan bubur india di Masjid Jami Pekojan juga sudah berlangsung ratusan tahun silam.
Bahkan resep bubur india di Masjid Jami Pekojan hingga kini masih sama seperti ratusan tahun silam, saat bubur tersebut diperkenalkan oleh para penjelajah dari Gujarat yang singgah ke Kota Semarang.
Ali menjelaskan, tidak sembarang orang bisa memasak bubur india untuk menu berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan. Ia juga mengaku, tatacara dan bahan yang digunakan masih sama seperti ratusan tahun silam, seperti yang diwariskan oleh leluhurnya.
“Kebetulan saya yang mewarisi jadi juru masak di Masjid Jami Pekojan, saya adalah generasi ke-4. Secara turun-temurun leluhur saya mengajarkan resep ini,” jelas Ali saat ditemui, Selasa (5/4/2022).
Dalam proses pembuatan bubur india, diperlukan bahan yang sama seperti pembuatan bubur pada umumunya yaitu beras serta rempah rempah yang digunakan seperti jahe, serai,kayu manis, garam, santan dan daun salam. Selain itu, ia juga memasukkan santan, Bawang merah dan putih, daun pandan, daun salam, garam serta bahan utama yaitu beras dan air.
Sebelum selesai memasak, Ali menyebut ada syarat khusus agar bisa memasak dan menghasilkan bubur india yang benar-benar matang.
“Syaratnya harus iklhas, jika tidak pasti ada kendala, entah bubur tidak matang atau lainya,” jelas pria ramah itu.
Selesai dimasak, bubur india tersebut langsung ditempat ke mangkuk dan ditata di lantai Masjid. Setidaknya 250 porsi selesai buat Ali dan beberapa juru masak lainnya. Selain bubur india, kurma, semangka dan teh hangat juga telah disiapkan untuk jamaah yang hendak berbuka di Masjid Jami Pekojan.
Untuk diketahui, tradisi dengan menyuguhkan takjil saat berbuka puasa dengan Bubur India sudah ada sejak lebih dari 100 tahun lalu. Kala itu pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan datang dan menetap di Petolongan.
Untuk memfasilitasi tempat ibadah bagi para pedagang, maka dibangun masjid yang kini menjadi Masjid Jami Pekojan. Para musafir sering berbuka di masjid yang dibangun para pedagang itu.
Kemudian saat bulan Ramadhan banyak pedagang yang membawa bubur sendiri dan lama-lama terbentuk kebiasaan berbuka dengan bubur. Takmir masjid kala itu kemudian bekerja sama dengan pedagang untuk menghidangkan bubur saat berbuka puasa. Bubur itu kemudian dikenal dengan Bubur India walau tidak ada bahan khas India.