RASIKAFM.COM | UNGARAN - Musim kemarau panjang yang masih terjadi hingga saat ini meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Apalagi hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemarau yang terjadi saat ini lebih kering daripada 3 tahun ke belakang.
Kondisi ini membuat seluruh pihak harus ekstra waspada dalam rangka mengantisipasi terjadinya karhutla. Tak terkecuali Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang, sejumlah langkah telah disiapkan termasuk berkoordinasi dengan TNI, Polri, BPBD, Perhutani, relawan dan masyarakat.
“Sebab karhutla bisa menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan kesehatan bagi masyarakat. Jika tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan gangguan keamanan ketertiban dan masyarakat (kamtibmas),” ujar Bupati Semarang Ngesti Nugraha usai Apel Gelar Pasukan Satgas Penanganan Karhutla Kabupaten Semarang Tahun 2023 di Alun-alun Bung Karno Kalirejo, Ungaran Timur, Kamis (24/8/2023).
Dikatakan Ngesti, apel yang telah dilaksanakan ini sebagai langkah antisipasi karhutla karena seluruh elemen harus siap setiap saat. Terdapat beberapa hal yang saat ini juga gencar dilaksanakan di antaranya memberikan informasi dan pemahanam untuk lebih hati-hati di musim kemarau saat ini.
“Jangan sampai membakar daun kering di lahan dan hutan. Kita juga sudah siap gotong royong untuk bisa memadamkan api dengan cepat jika terjadi karhutla,” kata dia.
Terkait daerah rawan karhutla, Ngesti menambahkan, sesuai pengalaman yang sudah terjadi pada tahun lalu tersebar di Gunung Merbabu, Telomoyo dan Ungaran.
“Namun wilayah lain juga perlu diwaspadai di luar prediksi kita. Misalnya ada kawasan hutan tanamannya dipotong, daun ada di situ lalu ada yang iseng. Prinsipnya jangan sampai membuang puntung rokok dan membakar lahan sembarangan,” ungkapnya.
Sementara Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Semarang Juwair Suntara menyampaikan hingga pekan keempat bulan Agustus 2023 ini, pihaknya telah menerima laporan karhutla sebanyak 18 kejadian. Itu tersebar hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Semarang.
“Terakhir yang kami terima terjadi di Kecamatan Bergas, berbatasan dengan Kecamatan Pringapus,” bebernya.
Juwair mengakui, salah satu kendala yang dihadapi adalah keterbatasan alat dan personel. Meski demikian pihaknya tetap berupaya maksimal memadamkan api dengan cepat jika terjadi karhutla agar tidak semakin meluas.
“BMKG melaporkan kondisi ini (kemarau) diprediksi sampai akhir September. Tapi itu hanya prediksi, mudah-mudahan tidak sepanjang itu. Prinsipnya kami selalu siaga mengantisipasi terjadinya karhutla,” tandasnya. (win)