RASIKAFM – Pelaku pelecehan seksual di Semarang saat ini masih berkeliaran dan jadi momok yang meresahkan dan menakutkan bagi para wanita.
Pelaku yang mempunyai ciri-ciri buncit masih terus mencari korban dengan melakukan aksi begal payudara dan eksibisionis.
Pelaku saat ini juga sudah sering melakukan aksinya dengan mencari perempuan menggunakan motor Supra 125 bernomor polisi H-5469-AJE.
Informasi yang dihimpun, sudah ada empat perempuan yang jadi korban perbuatan tak wajar tersebut.
Para korbanya yaitu, satu ibu rumah tangga berinisial S (23) , satu mahasiswi P (19) dan dua anak yang masih berstatus pelajar kelas 3 SMP masing-masing berinisial R dan TM dimana mereka semua adalah warga Kelurahan Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.
Hingga, kini polisi belum berhasil melakukan penangkapan terhadap predator seksual tersebut.
“Kami mendesak pihak berwenang lekas menindaklanjuti kasus dengan serius karena sudah sangat meresahkan,” ungkap Aktivis anak Semarang, Bintang Alhuda, Kamis (24/6/2021).
Dia berharap, jikalau Kota Semarang masih ingin menyandang sebagai Kota Layak Anak (KLA) yang ramah anak, maka seharusnya semua pihak harus segera melakukan upaya penangkapan terhadap pelaku.
Apalagi, menurutnya aksi kejahatan ini tak bisa dibiarkan begitu saja lantaran sangat meresahkan khususnya bagi perempuan muda.
Pihak yang berwenang seharusnya segera merespon dengan menerjunkan timnya baik melalui PPT Seruni atau lembaga naungan lainnya.
Dia mendorong pihak Kepolisian melalui unit PPA Polrestabes Semarang bisa menindaklanjutinya dengan menerjunkan timnya ke lapangan. Apalagi menyangkut pelecehan seksual ke anak dengan adanya bukti kuat dari rekaman CCTV.
Dia khawatir para korban tak kunjung bisa hidup tenang lantaran pelaku belum diamankan.
“Tentu miris jika ada masalah yang cukup serius berupa predator seksual berkeliaran tak ada penanganan serius oleh Pemkot dan Kepolisian,” katanya.
Untuk para korban, lanjut dia, hendaknya dapat melakukan pelaporan ke pihak berwajib dan bagi korban yang masih anak tak perlu takut melaporkan pelecehan seksual ke orangtua.
Begitupun orangtua harus meresponnya dengan baik dan para korban harus memberanikan diri untuk melapor agar ada respon dari pihak terkait dan juga untuk mencegah timbulnya korban baru.
“Korban yang alami gangguan psikologi bisa melakukan konsultasi psikologi yang disediakan oleh Pemkot atau layanan lainnya,” bebernya.
Dia menyebut, pelaku sudah mengalami gangguan berfikir seksual yang sangat parah dan sudah pantas disebut sebagai predator seksual.
Sementara itu, aktivis anak Semarang, Tsaniatus Solihah, menyayangkan kejadian begal payudara yang menimpa anak berstatus pelajar kelas 2 SMP di Kalicari, Pedurungan, Kota Semarang.
Dia mendorong aparat penegak hukum agar lekas menangkap pelaku kejahatan asusila tersebut.
“Rekaman CCTV sudah jelas terlihat aksi pelaku sehingga kami harap pihak kepolisian bergerak cepat meringkus pelaku,” ujar wanita yang akrab disapa Ika saat dihubungi.
Dia tak ingin dari kejadian itu mencoreng nama Kota Semarang yang bepredikat Kota Layak Anak (KLA).
Selain itu, sebagai pelajaran bagi pelaku agar tak membuka kejahatan serupa di masa mendatang.
“Seharusnya aparat sudah merespon karena korban juga alami trauma,” terang Direktur Pendidikan Yayasan Anantaka itu.
Dia menyebut, sudah berkoordinasi dengan Unit Layanan kekerasan gender dan anak tingkat Kecamatan Pedurungan agar korban mendapatkan pendampingan psikologi.
“Kami koordinasi ke tingkat kecamatan agar penangananya lebih kompherensif,” paparnya.
Melihat kejadian itu, lanjut dia, masih banyak tempat rentan bagi anak-anak menjadi korban kekerasan seksual.
Dia meminta para pemangku jabatan di tingkat Kelurahan untuk mengindentifikasi tempat-tempat di wilayahnya yang rentan kejahatan bagi anak.
Karena kekerasan seksual bisa muncul dari tempat yang rentan bagi anak sehingga perlu identifikasi dan pengamanan yang lebih ketat agar tidak terjadi tindak kejahatan kepada anak. (alv)