RASIKAFM – Bupati Semarang terus mendorong Petani untuk menanam Komoditas Potensi Ekspor salah satunya adalah tanaman Porang. Hal itu ditegaskan Ngesti Nugraha saat mengawali panen perdana tanaman Porang di Desa Tukang, Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Jumat 18 Juni 2021 pagi.
Saat ini bahkan Pemkab mendorong para petani di Bumi Serasi agar menanam komoditas tanaman dengan hasil panen yang memiliki potensi ekspor, seperti Porang, Pisang Cavendis, dan Talas Bening.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha mengatakan tanaman Porang selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga tidak masalah apabila ditanam pada lahan kurang produktif.
“Untuk potensi Porang ini cukup bagus. Dari sekitar 15 ribu bibit yang ditanam pada luas lahan sekira 6 hektare menghasilkan rata-rata 5-7 kilogram umbi atau sekira 75 ton per hektare,” terangnya kepada rasikafm.com, disela acara panen perdana Kelompok Tani Sendang mulyo 5, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang,
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=-_9_irk56x0[/embedyt]
Menurut Ngesti, total luas lahan petani Porang di Kabupaten Semarang mencapai 162 hektare yang tersebar di wilayah Kecamatan Pabelan, Banyubiru, dan Tuntang. Ia menambahkan, apabila dihitung dengan rata-rata perhektare lahan menghasilkan 60 ton umbi dalam setahun terdapat 1.000 ton umbi Porang dari petani siap ekspore.
“Kemudian harga umbi basah perkilogram diangka Rp 13 ribu. Tetapi, sekarang sedang turun menjadi Rp 7.500, beberapa negara sedang tidak bisa buka karena terdampak pandemi Covid-19,” katanya
Dia menyatakan, dengan harga tersebut sangat menguntungkan petani ketimbang hanya menanam padi. Lebih lanjut, Pemkab Semarang tengah mendorong sejumlah pengusaha agar mengolah umbi Porang dalam bentuk chip atau kering. Bupati Semarang mengungkapkan, jika saat ini mulai didirikan beberapa industri pengolahan chip dengan kapasitas dari 5 sampai 20 ton per hari.
“Industri pengolahan chip saat ini sudah ada di Bergas, Jambu, dan Tengaran yang dapat
mengolah dari basah menjadi chip kering. Kemudian, kami juga akan fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk permodalan petani guna pengembangan Porang ini,” ujarnya.
Sementara itu, ketua Kelompok Tani Sendangmulyo, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Muhammad Sudadi mengatakan selama tiga tahun menanam porang pertahun dapat menghasilkan sekira Rp 800 juta baik dari penjualan umbi basah atau kering, dan biji katak untuk pembibitan Porang.
Sudadi menjelaskan, Porang selama ini diolah menjadi tepung untuk kebutuhan industri pangan ekspore seperti pembuatan Konnyaku atau Shirataki. Adapun beberapa negara yang menjadi tujuan ekspore hasil tanaman Porang antara lain China, Vietnam, India, dan Eropa.
“Cara budidaya Porang cukup sederhana. Seorang pemula setelah menyiapkan lahan dapat langsung menanam dengan biji ataupun menggunakan umbi bibit atau batang. Untuk satu hektare lahan dapat ditanami maksimal 40 ribu bibit dengan diameter 50 centimeter,” paparnya
Kades Kadirejo Riyadi mengaku senang jika saat ini sudah mulai banyak petani diwilayahnya yang menanam porang, mereka tidak hanya mengandalkan menaman padi yang banyak syaratnya sehingga terkesan lebih ribet “jika mereka mau menanam porang maka diharapkan kedepan akan semakin banyak petani yang panen karena jenis tanaman ini bisa hidup tanpa air dan dilahan yang kurang subur Sekalipun” tambah Riyadi. (rief)