Masjid Klenteng dibeli dari ahli waris ( alm) Yusuf Hidayatullah seorang mualaf Tionghoa, saat ini pengelolaannya dibawah Yayasan H. Zaenal Abidin. Untuk pengembangan, maka sejumlah renovasi pun dilakukan dengan memperindah masjid. Tidak hanya sebatas untuk tempat ibadah, namun juga didirikan pondok pesantren enterpreneur.
Untuk pengembangan, lahan sebelah timur masjid juga dibangun mess untuk santri. Bisa dikatakan di Masjid Klenteng ini ada pondok pesantrennya. Saat ini sudah ada 10 santri dan 25 santriwati dari berbagai daerah di Indonesia. Santri dan santriwati itu mulai dari jenjang SMP, SMA dan kuliah.
Salah seorang pendiri Yayasan H.Zaenal Abidin, Ustad Agus Ahmad (46) mengatakan, selain memperdalam ilmu agama berbasis salaf dengan kitab-kitab kuning, para santrinya dibekali dengan ilmu entrepenuer atau berbisnis.” Setelah nyatri di sini satu tahun, kita bekali wawasan dan kemampuan bisnis. Karena santri disini rata-rata mahasiswa, maka kita target, di semester 1 dan 2, kita ajari bisnis, dalam satu bulan berpenghasilan Rp 1 juta. Bisnisnya via media sosial. Kita ajari caranya. Hasilnya untuk santri sendiri bukan untuk ponpes,” jelasnya.
Kemudian yang sudah menginjak kuliah di semester 5 dan 6, nantinya kita target berpenghasilan Rp 2 juta per bulan. “ Nanti di semester 7 dan 8 targetnya naik lagi jadi Rp 3 juta per bulan. Jadi nanti ketika lulus kuliah dan lulus dari pondok sudah tidak bingung masalah pekerjaan karena sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Karena kendala saat ini, begitu lulus kuliah atau pondok, bingung mencari pekerjaan. Kalau dari awal sudah kita ajari berbisnis dan punya penghasilan bisa jadi bekal,” imbuhnya.
Dikatakan Agus, yang diajarkan kepada para santri adalah ilmu berbisnis saat ini melalui media sosial, sedangkan jenisnya atau barangnya, terserah dan tergantung para santri masing-masing. “ Jadi bagaimana cara berjualan lewat facebook, instagram, marketplace dan sebagainya,” ujarnya.
Untuk mendukung jiwa berwira usaha itu, Pesantren Enterprenuer juga membuka kafe di lingkungan pondok, yang diberi nama Kafe Masteng yang buka dari jam 11.00 hingga pukul 20.00, dengan menu-menu ringan, seperti kopi, mie dan sebagainya. Para penjaga atau pengelolanya para santri.
Terkait dengan kegiatan di bulan Ramadhan ini? Agus menjelaskan, seperti halnya pondok pesantren pada umumnya. Dimulai dari sahur bersama para santri, kemudian dilanjutkan sholat subuh berjamaah. “ Dilanjutkan paginya ada pengajian, taklimul taklim sampai jam 06.00, yang ngisi Kyai Mutaqin salah seorang pengasuh. Selesai pengajian kemudian dilanjutkan bersih-bersih lingkungan. Selanjutnya masuk sekolah atau kuliah, karena sudah banyak yang masuk (pertemuan tatap muka),” jelasnya.
Kemudian kegiatan keagamaan dilanjutkan bada ashar dengan ngaji quran (TPQ), para santri mengajara anak-anak di sekitar lingkungan pondok hingga jam 17.00. Kemudian dilanjutkan muqtaklim dan buka bersama serta dilanjut dengan sholat taraweh.” Di Masjid Klenteng ini saban hari buka bersama dengan anak di lingkungan sekitar yang ikut TPQ, atau masyarakat yang datang ke masjid,” pungkasnya.