RASIKAFM – Setelah dua pekan terakhir kasus Covid-19 mengalami lonjakan yang luar biasa, pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai tanggal 3 hingga 20 Juli 2021 dan program sehari di rumah saja. Selanjutnya, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kembali lonjakan tajam, Pemerintah bersama TNI dan Polri mengambil langkah antisipasi dengan menyiapkan ruang isolasi terpusat, tenaga kesehatan serta obat-obatan dan sembako.
“Diharapkan tidak akan terjadi lonjakan pada dua minggu ke depan, namun demikian kita harus tetap waspada jika terjadi lonjakan agar masyarakat tidak panik,” tandas Wali Kota Salatiga, Yuliyanto SE, MM.
Terkait dengan tempat tidur dan ruang isolasi terpusat, Yuliyanto menyebut bahwa, pihak Polri telah menyiapkan pos isolasi di eks pabrik ban Mega Rubber di Cebongan, Argomulyo. Sedangkan untuk tenaga kesehatan, dibutuhkan partisipasi dari para relawan, diantaranya dari STIKES Ar Rum.
“Siapkan saja tempat dan tenaganya, masalah kebutuhan makan nanti insya Allah kami akan bantu,” tegas Wali Kota.
Kapolres Salatiga, AKBP Rahmad Hidayat menuturkan, mengingat jumlah warga Kota Salatiga yang terpapar berada di angka 1.800 maka isoman terpusat dengan melibatkan seluruh stakeholder sebagai keharusan. Jika selama ini ruang isolasi masih memanfaatkan Gedung Sinode, maka saat ini harus menyiapkan lagi tempat yang cukup representatif dan nyaman bagi para penghuni isoman sebagai langkah antisipasi jika terjadi lonjakan.
“Salatiga dianggap sebagai salah satu kota yang harus memiliki isoman terpusat yang memiliki jumlah kamar cukup memadai sehingga diharapkan dapat menarik orang-orang yang terkonfirmasi positif untuk segera masuk ke tempat yang sudah kita sediakan,” tegas Kapolres.
Beberapa tempat yang diusulkan untuk isoman terpusat selain Mega Rubber adalah aula Kecamatan Tingkir yang bisa menampung 10 orang, Rumah Dinas Camat Argomulyo yang bisa menampung sekitar 8 orang, Rumah Sakit Ananda di Kecamatan Sidorejo dan Balai Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti. Dengan demikian, jika ada warga yang terkonfirmasi positif tanpa gejala di masing-masing wilayah kecamatan agar bisa segera ditarik ke tempat yang sudah disiapkan tersebut.
“Kita juga sudah melakukan analisa apabila semakin meningkat, kami kemarin sempat berkunjung ke salah satu bangunan bekas milik PT Damatex dan rusunawa UKSW, sehingga saya yakin ketersediaan tempat isoman di Kota Salatiga akan dapat kita penuhi,” ungkapnya
Direktur RSUD dr.Riani Isyana Pramashanti, M.Kes, mengakui sejak dua minggu lalu RSUD sudah menambah 30 bed untuk ruang isolasi dan 12 bed di ruang IGD, namun masih banyak pasien yang mengantre. Pasalnya, kata Isyana, karena hingga saat ini terdapat 17 sampai 20 pasien per hari yang indent di ruang isolasi IGD menunggu ada pasien lain yang pulang atau meninggal.
“Dengan keterbatasan sarana dan prasarana kami tetap memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan mengutamakan kegawatdaruratan,” tukasnya.
Diakuinya, ketersediaan oksigen di RSUD saat ini dalam posisi kurang aman karena tergantung pada penyedia. Jika pihak penyedia tidak mengirim, maka pihak rumah sakit tidak bisa berbuat banyak. Sebab, pasokan oksigen se Jawa Tengah mengandalkan satu produsen saja dan hanya sedikit produksi sehingga masing-masing distributor dijatah hanya untuk ke rumah sakit.
RSUD Salatiga sempat terjadi kekurangan oksigen pada hari Minggu (4/7) karena tidak dipasok oksigen pada satu hari sebelumnya. Begitu pula dengan pasokan oksigen tabung yang dibatasi, sehingga setiap hari pihak RSUD harus menyewa truk untuk mencari oksigen tabung ke Solo dan Semarang. Dimana, 1 oksigen tabung (isi 6 kubik) untuk oksigen sentral hanya bisa digunakan selama 6 menit saja.