UNGARAN – Berawal dari rasa keprihatinan terhadap bahaya sampah, membuat ratusan pelajar SMPN 2 Ambarawa, Kabupaten Semarang berpikir kreatif. Mereka mengubah sampah menjadi barang-barang yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu dari pelajar itu adalah Naufal Faiz Permana (14) yang saat ini duduk di kelas VII. Ia bersama ratusan siswa yang lain mencoba mendaur ulang sampah plasti menjadi aneka ragam barang. Mulai dari tempat pensil, vas bunga, hiasan, hingga ecobreak.
Ditemui di sela-sela jam pelajaran, Faiz (sapaan akrabnya) mengaku prihatin dengan banyaknya sampah terutama sampah plastik. Selain tak bisa terurai, menurutnya hal itu bisa berdampak pada kerusakan lingkungan.
“Kami ingin mengolah sampah plastik menjadi lebih bermanfaat. Sehingga paling tidak, bisa mengurangi dampaknya bagi lingkungan,” katanya.
Selain langkah daur ulang itu, ia juga sudah menerapkan pengurangan penggunaan plastik di rumah. Misalnya ketika belanja atau membeli sesuatu, ia selalu membawa tas kain dari rumah.
“Kalau terpaksa memakai kantong plastik, maka bekasnya disimpan di rumah. Dikumpulkan lalu dibuat kerajinan,” imbuhnya.
Sementara Kepala SMPN 2 Ambarawa Heri Muryanto menuturkan program daur ulang sampah itu merupakan salah satu wujud implementasi pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka yang diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023. Sehingga seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 244 orang dilibatkan dalam proyek ini.
“Alhamdulillah, sekolah kita ini ditunjuk pemerintah untuk menerapkan kurikulum merdeka. Di dalamnya ada kegiatan intrasekolah dan proyek. Untuk proyek kita ambil tema ubah sampah jadi berkah,” ujarnya.

Pihaknya melihat situasi saat ini pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah plastik semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan, hal ini akan menjadi bom waktu yang berdampak pada kerusakan lingkungan.
“Ini kesempatan emas untuk memberikan kesadaran kepada para siswa mengenai bahaya sampah plastik. Sehingga plastik-plastik yang semula dibuang sembarangan bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis,” urainya.
Mengenai prosesnya, dikatakan Heri, proyek ini menggunakan sistem blok. Artinya dikerjakan dalam satu waktu selama dua minggu. Mulai dari sosialisasi, pemberian materi hingga praktik.
“Kita datangkan praktisi dari Dinas Lingkungan Hidup dan aktivis lingkungan. Para siswa diajari bagaimana mendaur ulang sampah plastik,” tuturnya.
Heri menambahkan, target yang ingin dicapai dengan proyek ini adalah SMPN 2 Ambarawa bisa menjadi pelopor perjuangan lingkungan sekaligus ‘pendekar’ sosialisasi bahaya sampah plastik.
“Kalau tanpa plastik 100 persen jelas tidak mungkin. Maka yang memungkinkan adalah dengan diet plastik, menguranginya,” imbuhnya. (win)