Sedikitnya 12 mahasiswa Keio University Jepang kembali belajar bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) selama 14 hari.
Dengan mengenakan baju adat dari sejumlah daerah di Indonesia, 12 mahasiswa asal Keio University Jepang menampilkan kemampuan memainkan musik angklung.
Lagu Jawa Cublak-cublak Suweng dimainkan peserta PIBBI Keio dengan angklung di depan para pengajar, sahabat LTC dan juga orang tua asuh homestay.
Tak hanya itu, peserta PIBBI juga berkesempatan menunjukkan tarian Ondel-ondel dan menari bersama diiringi lagu “Sajojo” dan “Goyang Maumere”.
Direktur LTC UKSW Salatiga, Johanna Likumahuwa, S.Pd., mengungkapkan PIBBI Keio kembali diadakan setelah kurang lebih dua setengah tahun vakum karena pandemi Covid-19.
“Kami senang program internasional UKSW kembali dilakukan secara offline. Terakhir kali PIBBI Keio diselenggarakan adalah pada bulan Maret 2020, sebelum Salatiga diberlakukan pembatasan sosial berskala besar,” katanya.
Dalam PIBBI Keio kali ini, peserta melakukan banyak kunjungan lokal seperti ke pasar tradisional, lapangan Pancasila, hingga cafe-cafe yang ada di sekitar UKSW untuk interaksi dengan warga setempat.
“Peserta juga mencoba alat transportasi lokal seperti angkot, becak, dokar, hingga transportasi online sambil membuat laporan dan presentasi mengenai kunjungan mereka,” terang Johanna.
Selain itu, LTC UKSW juga menggandeng Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Bachelor of International Primary Education (BIPE) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk mengadakan kegiatan Berbagi Budaya.
“Dalam kegiatan Berbagi Budaya ini, para peserta PIBBI Keio berinteraksi secara intensif dengan mahasiswa UKSW mengenai budaya Jepang dan Indonesia seputar makanan khas, tempat wisata, festival di Jepang,” katanya.
Sementara itu, penanggung jawab PIBBI Keio dari Keio University, Yo Nonaka, Ph.D. menyampaikan rasa senangnya PIBBI Keio dapat kembali diselenggarakan setelah vakum selama kurang lebih dua setengah tahun.
Dikatakannya, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata kuliah pilihan di sana dan selama ini peminatnya cukup banyak.
“Melalui PIBBI, mahasiswa Keio mendapatkan pengalaman berharga karena dapat langsung berkomunikasi, berinteraksi dan berteman dengan orang Indonesia dan juga belajar budayanya. Ini akan jadi pengalaman berharga buat mahasiswa Keio. Saya berharap PIBBI dapat kembali diadakan secara onsite Februari mendatang,” katanya.