MAKASSAR – Salam komando mewarnai pertemuan antara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Keduanya menyatakan siap bersatu demi masyarakat yang lebih sejahtera.
Tapi ini bukan urusan Pilpres 2024. Ganjar dan Amran bersatu atas nama Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) dan Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas). Dua organisasi alumni Jogjakarta dan Makassar ini siap berkolaborasi untuk mengabdi pada masyarakat.
Ganjar dan Amran menandatangani MoU bersama dalam acara dialog kebangsaan yang digelar Pengda Kagama Sumsel di Hotel Swiss Bell Makassar, Minggu (9/10). Setelah penandatanganan MoU itu, Ganjar dan Amran bersama salah satu petani milenial, Ilmi Ikhsan berdialog bersama soal ketahanan pangan.
“Kita ucapkan terimakasih kepada ketua PP Kagama Pak Ganjar, beliau luar biasa. Kalau tidak salah empat bulan yang lalu kami dengan Pak Ganjar sepakat untuk kerjasama kita tandatangan MoU bersama beliau. Hari ini alhamdulillah sudah tandatangan kerjasama,” katanya.
Amran meyakini, kerjasama itu bisa bersampak positif. Sebab, kedua organisasi alumni ini memiliki massa yang sangat besar.
“Insyaallah ke depan ini sangat kuat kolaborasi alumninya. Pak Ganjar dari UGM Kagama itu 500.000 kemudian Unhas 200.000 alumni. Ini totalnya 700.000. Kalau alumni-alumni ini bisa mempengaruhi 100.000 saja, itu bisa 70 juta. Kalau 70 juta ini bisa berkolaborasi, ini bisa kita mempengaruhi kebijakan pusat untuk ummat bangsa dan negara,” ucapnya.
Sementara itu, Ganjar mengatakan kerjasama ini sangat baik untuk bangsa. Sebab, salah satu pihak yang harus bekerja keras demi masa depan bangsa adalah kaum cendekia.
“Kampus jadi penting untuk ikut berkontribusi kepada bangsa. Misalnya soal tantangan ke depan, soal energi dan pangan. Dengan potensi Indonesia yang besar, kita justru bisa jadi juara. Bisa apa tidak? Kuncinya hanya mau apa tidak. Dan yang harus dipaksa ya kampus,” jelasnya.
Maka kerjasama ini menurutnya sangat baik. Apalagi saat diskusi, ada cerita-cerita menarik dari anak muda milenial yang menjadi petani.
“Kalau saya melihat tadi ada anak muda lulusan pertanian terus kemudian mau bertani, itu harapan besar buat saya dan modernisasi pertanian dan mekanisasi menurut saya menjadi keharusan. Artificial intelligence bisa digunakan sehingga anak-anak muda mau bertani,” jelasnya.
Ada juga seorang guru keren. Seorang guru muda yang risau karena anak-anak tidak mau dan tidak mengerti apa itu pertanian dan kemudian mereka gelisah.
“Maka kalau kemudian mereka diajarkan ya ke sawah, menanam, beternak mulai sejak kecil, maka mungkin itu cara mencintai. Kita sebagai negara agraris mestinya siap. Kalau dunia pusing soal pangan, kita punya stok melimpah. Selain beras ada porang ada sagu ya, tadi anak-anak itu menanam berbagai umbi-umbian menurut saya itu bagian dari ketahanan pangan yang sedang kita siapkan,”pungkasnya.