RASIKAFM.COM | SALATIGA - Menjamurnya bisnis minum kopi di kota-kota di Indonesia juga merambah di Kota Salatiga. Namun ada yang unik dari sebuah cafe kopi yang berada di Jalan Adi Sucipto Nomor 7 , Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Tepatnya di depan Perpustakaan daerah (Perpusda) Kota Salatiga.
Sekilas cafe berkonsep kontainer itu seperti umumnya kafe kopi lain. Namun ketika memesan, pembeli akan kaget karena ternyata karyawan atau pengelolanya adalah disabilitas tuna rungu wicara atau bisu tuli.
Kafe yang baru saja buka pada Senin (3/7/2023) cukup laris. Pembeli juga harus menggunakan bahasa isyarat untuk memesan kopi di tempat itu. Karena pengelolanya ada disabilitas tersebut, kafe itu diberi nama Cafe Hening.
Mereka juga dengan cekatan melayani pembeli. Untuk es teh dan es kopi mereka membutuhkan waktu satu menit. Sedangkan untuk pesanan kopi Vietnam drip sekitar tujuh menit.
Penanggungjawab Lapangan, Aji Prasetyo Putranto menyebut Cafe itu merupakan dampingan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dinpersip) Kota Salatiga. Awalnya pihaknya memberikan pelatihan kepada beberapa penyandang disabilitas.
“Karena empat orang ini rajin tekun kan ya, setiap ada expo kita ikutkan. Ternyata penjualannya sangat laris, dan masyarakat juga antusias. Akhirnya mereka kita bikinkan cafe di sini,” ungkap Aji Selasa belum lama ini.
Diakuinya untuk mengajari mereka membuat kopi, kata Aji, butuh kesabaran ekstra. Sebab mereka harus membutuhkan juru pendamping bahasa isyarat ketika pelatihan membuat kopi.
“Pertama kali ya memang agak kesusahan ya. Dua tiga kali pelatihan, oke lancarlah. Pelatihan kita libatkan komunitas kopi Salatiga. Mereka yang memberikan pelatihan untuk temen-temen,” beber dia.
Dikatakan, untuk mempermudah pembeli memesan, di cafe juga disediakan tutorial untuk berkomunikasi. Misalnya memesan kopi dan mengucapkan terimakasih.
Cafe tersebut juga dilengkapi meja kursi untuk sekedar bersantai menikmati kopi. Selain itu, karena dampingan dari Dinpersip, juga disediakan buku-buku yang bisa dibaca pengunjung.
Meskipun baru buka sehari, kata Aji, pengunjung juga cukup banyak. Hari pertama pembukaan sekitar 40 kopi terjual. Bahkan pembeli sampai antri untuk membeli.
“Ternyata antusiasnya sangat besar disini. Kita juga ingin menunjukkan kepada masyarakat yang normal. Ini lho yang disabilitas saja mampu seperti ini, apalagi masyarakat yang normal. Jangan patah semangat begitu,” terang Aji.
Cafe tersebut semuanya pemasukan dan pengeluaran dikelola langsung oleh penyandang disabilitas tersebut. Harapannya program ini bisa menjadi contoh pembinaan di dinas-dinas lain.
Sementara itu, salah seorang pembeli Diana mengaku terkejut setelah tahu pengelola Cafe Hening adalah disabilitas tuna rungu wicara. Dirinya membeli karena penasaran ada cafe kopi baru dan ramai.
“Sebelumnya belum tau kalau yang jual disabilitas. Soalnya kemarin lihat buka baru coba lah,” ungkap mahasiswa asal Blora ini.
Dikatakan, dirinya tidak kesulitan ketika memesan kopi. Sebab ada tutorial membeli dengan bahasa isyarat yang disediakan di meja.
Cafe Hening buka setiap hari dari jam 9 pagi sampai malam. Ada beragam macam minuman kopi dan teh yang tersedia ditempat tersebut. Harga mulai dari Rp 5 ribu. Selain itu juga tersedia makanan ringan yang langsung masakan oleh penyandang disabilitas.