Warga Kampung Jagalan, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal terus mempertahankan tradisi unik Grebeg Sumpil. Acara ini dilaksanakan pada Minggu (5/3/2023) dan mempertontonkan warga berebut gunungan Sumpil yang berisi aneka makanan dan hasil bumi.
Sumpil, sejenis ketupat khas Kaliwungu terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun bambu. Ribuan Sumpil dan makanan ringan serta hasil bumi dikirab atau diarak dari makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja mengitari kampung kemudian menuju Bukit Jabal di Kaliwungu sebelum diperebutkan warga.
Menurut Sobirin, petugas jaga makam Eyang Pakuwaja, Sumpil memiliki makna, Sumelehno Uripmu Marang Pangeran Ingkang Langgeng (pasrahkan hidupmu kepada sang pencipta yang abadi). Selain Sumpil, Grebeg Sumpil tahun 2023 juga menyediakan 1.000 sumpil dan ribuan jajanan tradisional maupun modern seperti ndog mimi dan klepon.
“Selain Sumpil, juga ada makanan ndog mimi, klepon dan sebagainya. Jadi dengan digelarnya Grebeg Sumpil ini, bisa mempertahankan makanan khas Kaliwungu. Sumpil bisa divariasikan dengan sambal, opor dan pecel itu juga bisa,” jelas Sobirin.
Grebeg Sumpil sudah berjalan selama 11 tahun namun sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi. Kepala Desa Kutoharjo, Ivan Setiawan berharap tradisi bisa dilestarikan dan dikembangkan, sehingga bisa dikenal luas sebagai tradisi asli Kecamatan Kaliwungu dan Kabupaten Kendal.
“Untuk posisi grebegnya atau diperebutkan gunungan nanti di pujasera, Jabal Kaliwungu. Acara juga diisi persembahan pencak silat dari Pagar Nusa dan seni barongan,” terang Kepala Desa Kutoharjo.
“Kami mengajak seluruh warga Desa Kutoharjo untuk bersinergi, mangayubagya dalam melestarikan Grebeg Sumpil ini. Sehingga harapan kami, digelarnya tradisi, bisa mengangkat perekonomian warga,” pungkasnya.