Dia menerima pembayaran dengan baju pantas pakai, rosok atau barang bekas elektronik, botol, kertas, dan benda-benda lain yang tidak dimanfaatkan. “Orang kalau tidak bisa makan berarti tidak punya uang, tapi mereka bisa mencari barang-barang bekas yang dapat ditukarkan dengan makanan,” kata Wicaksono.
Alasan dia menerima pembayaran dengan barang-bekas adalah menolong orang lain. “Baju layak pakai bisa kita salurkan ke yang membutuhkan, barang rosok bisa dijual untuk operasional warung. Jadi masih berguna juga barang-barang itu,” paparnya.
Dikatakan, pemikiran membuka warung tersebut selain berdasar pengalaman pribadi yang pernah kesusahan untuk makan, juga dorongan dari teman-teman. “Teman-teman memiliki hobi memancing. Kemudian seringkali kita mendapat ikan yang banyak lalu dibagikan kepada siapa saja yang ingin. Lalu sejak sekitar dua tahun lalu, selain ikan kita menambahi dengan sayuran. Siapa yang mau makan ikan dan sayur, silakan mengambil tiap hari Minggu,” paparnya.
Wicaksono mengungkapkan Warung Sak-Sak’e hanya buka malam hari karena saat siang, lokasi warung tersebut digunakan untuk bengkel Las. “Saya membuka bengkel las, jadi siang untuk kerja, malam buka warung. Pengunjung selain warga biasa juga ada teman-teman dari komunitas,” katanya.
Sementara itu Galang salah seorang warga Tingkir mengaku bangga atas apa yang dilakukan oleh Wicaksono ini “saya tau ada warung Sak Sak’e dari medos, saya sendiri membawa besi buat “bayarnya” semoga yang dilakukan om Ucok ini bisa menginspirasi yang lain” tutur Galang yang datang bersama teman teman club KLX Supermoto ini.