UNGARAN – Ancaman badai La Nina yang akan berdampak pada bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung mulai diantisipasi oleh seluruh pihak di wilayah Kabupaten Semarang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang juga telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi dan penanggulangan bencana.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang Heru Subroto menyampaikan pihaknya telah melaksanakan rapat koordinasi lintas sektoral untuk pemetaan daerah rawan bencana.
“Daerah rawan bencana di seluruh kecamatan hingga desa sudah kita petakan, termasuk upaya mitigasi bencana menggunakan alat deteksi dini atau early warning system (EWS),” ungkapnya usai Apel Siaga Bencana Kabupaten Semarang 2021 di Alun-alun Bung Karno Kalirejo Ungaran Kabupaten Semarang, Kamis (4/11/2021).
Berkaitan hal tersebut, EWS akan dipasang di lima titik lokasi rawan longsor. Meski demikian Heru mengakui ada beberapa kendala jika mengandalkan alat deteksi dini bencana itu.
“Pertama EWS ini harganya tidak murah, satu unitnya bisa mencapai Rp 150 juta-an. Kedua, alat ini bisa berfungsi jika ada aliran listrik. Padahal jika ada bencana gempa, tsunami dan sebagainya justru listrik akan dipadamkan,” urainya.
Sebagai alternatif lain dalam upaya mitigasi bencana, Heru menyarankan agar masyarakat kembali menghidupkan kentongan sebagai EWS berbasis kearifan lokal.
“Kentongan ini dinilai efektif, tidak perlu listrik dan suaranya khas. Oleh karena itu mari kita budayakan kembali kearifan lokal ini sebagai sarana komunikasi bilamana terjadi bencana. Masyarakat serta Satgas Penanggulangan Bencana juga kami minta untuk bisa melaporkan dengan cepat agar segera ada tindakan,” kata dia.