UNGARAN – Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Pucung, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang mengeluhkan sulitnya perputaran ekonomi berbasis hasil pertanian di daerahnya. Hal itu sangat kontras jika melihat sumber daya yang melimpah akan tetapi tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Akibatnya mayoritas masyarakat setempat yang berprofesi sebagai petani kurang sejahtera.
“Usaha kami banyak sebenarnya. Ada pembuatan besek, keripik dan lain-lain. Tapi kami tidak menguasai pengetahuan bagaimana mengolah dan memasarkan produknya,” ujar Darojah, Ketua KWT Pucung Maju saat forum group discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) di Hotel C3 Ungaran, Selasa (22/6/2021).
Diakui Darojah, hampir seluruh anggota KWT Pucung Maju tidak memiliki akses informasi untuk mengolah sumber daya menjadi sebuah produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Jujur saja saat ini kami butuh seseorang yang bisa mengajarkan kami membuat produk pertanian yang layak jual. Apalagi sebagian besar petani mengalami puso (gagal panen), ditambah situasi pandemi membuat petani putus asa,” keluhnya.
Kasi Usaha Mikro Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Kabupaten Semarang Muhammad Rozak mengatakan pihaknya siap membantu permasalahan para petani.
“Memang kendala para pelaku UMKM umumnya ada di teknologi hasil pertanian (THP). Mereka bingung cara mengolah produk dan memasarkannya. Kami akan coba bantu itu semua,” jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan pentingnya perizinan produk industri rumah tangga (PIRT) sebelum akhirnya dipasarkan.
“Ada beberapa kelengkapan yang harus dilengkapi ketika ingin memasarkan produknya. Masalah izin edar, sertifikat halal dan juga pengemasan juga sering jadi kendala. InsyaAllah kami juga akan membantu memfasilitasinya,” paparnya.
Koordinator program LKTS Ni’matul Farida menjelaskan pihaknya menjalankan program dan kegiatan untuk peningkatan kapasitas dan
akses kelompok petani perempuan di pedesaan dalam peningkatan ekonomi pada masa pandemi Covid-19.
“Sebagaimana kita tahu, pandemi Covid-19 telah berdampak pada berbagai sektor kehidupan dan semakin memperparah kualitas hidup masyarakat terutama perempuan. Selain itu, sektor pertanian juga mengalami tantangan yang cukup berat dengan terjadinya fenomena global perubahan iklim yang memperparah kondisi penghasilan petani,” ungkapnya.
Oleh karena itu pihaknya mencoba menjembatani apa yang menjadi permasalahan tersebut kepada pihak terkait.
“Program pendampingan dan pemberdayaan ini akan kami lakukan di Desa Pucung. Tujuannya untuk memfasilitasi kelompok petani
perempuan untuk mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan akses ekonomi dan penghasilan pada masa pandemi Covid-19,” urainya. (win)