UNGARAN – Upaya penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang tidak lantas membuat langkah-langkah pencegahan serta penanganan kasus stunting terabaikan. Hal itu tetap menjadi prioritas meski jajaran tenaga kesehatan masyarakat terkoernsentrasi dalam penanganan Covid-19.
“Kasus stunting di Kabupaten Semarang memang tidak tinggi, namun jangan karena Covid-19 angka stunting naik,” ungkap Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, saat dikonfirmasi Rabu (16/2/2022).
Menurut Ngesti ada beberapa penyebab terjadinya stunting, salah satunya dipicu karena selama masa kehamilan, seorang ibu harus tetap bekerja namun tidak mendapatkan jaminan kesehatan yang memadai dari perusahaannya secara terus menerus.
“Kecuali peran pemerintah daerah dan alokasi dana desa, perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan ibu hamil agar ikut lebih memperhatikan,” tegasnya.
Selain itu, beberapa upaya lain yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan mendata secara berkelanjutan melalui OPD terkait. Kemudian, ibu hamil baik yang bekerja maupun yang di rumah juga terus diedukasi dan diminta untuk berkonsultasi kepada dokter maupun ke pusat layanan kesehatan terdeka.
“Melalui upaya ini, harapan kita, angka kasus anak stunting di Kabupaten Semarang akan menurun,” kata dia.
Ngesti menambahkan, pihaknya juga menyiapkan tenaga kesehatan masyarakat yang nantinya menjadi pendamping terhadap anak-anak stunting di daerahnya. Tidak hanya itu, keberadaan tenaga kesehatan di tengah masyarakat juga dapat berperan dalam melakukan pendampingan kesehatan kepada kelompok masyarakat lanjut usia khususnya yang hidup sebatang kara.
“Pendampingan kepada lansia tersebut baik dalam hal edukasinya maupun dalam mendukung program ‘Rantang Lansia’ yang sudah kita canangkam dalam menangani pemenuhan hak kesehatan kaum lansia,” imbuhnya. (win)