lebih lanjut Neil mengatakan tuntutan keteladanan akademik diminta dari para profesor. Dibandingkan pengajaran, tuntutan ini akan lebih banyak hadir di domain riset. Neil berharap keempat profesor baru dapat mengartikan gelar yang diterimanya bukan sekedar capaian tertinggi dari sebuah jabatan akademik, tetapi harus mampu memimpin, melakukan pemeliharaan ilmu pengetahuan serta menjadi contoh generasi penerus.
Pengukuhan guru besar yang juga dapat diikuti secara daring melalui platform zoom meeting ini dihadiri oleh senator universitas, pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW), serta tamu undangan antara lain Koordinator Fungsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah Lis Setiyowati, S.Sos., M.H., serta sejumlah profesor tamu kehormatan dari UNS, UNDIP, UPGRIS, UNSOED, UGM.
Sementara itu saat menyampaikan pidato ilmiahnya Prof. Gatot Sasongko menyampaikan pidato ilmiah mengenai pekerja anak. Mengusung judul “Pekerja Anak yang Dilarang yang Digadhang” disampaikannya bahwa pandemi yang terjadi termasuk di Indonesia justru meningkatkan jumlah pekerja anak.
Prof. Gatot yang telah mengawali karier sebagai pendidik sejak tahun 1980 ini menyebut banyak jurnal maupun artikel yang menyoroti sisi negatif pekerja anak, dilihat dari berbagai sisi seperti kesehatan, kejiwaan, pendidikan dan perkembangan sosial. Hal ini kemudian menjadi perhatian pemerintah dengan merativikasi konvesi ILO tentang larangan pekerja anak.
Namun dalam penelitiannya, Prof. Gatot menyoroti sisi lain dimana anak yang bekerja membantu untuk kelangsungan usaha orang tua. Pengenalan sejak awal usaha orang tua menjadi awal tekad untuk meneruskan bahkan memperbesar usaha orang tua.