UNGARAN – Dinas Pendidikan Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang berencana membentuk tim khusus untuk menelusuri dan memonitor keberadaan komunitas motor para siswa SMP di Bumi Serasi. Hal itu menyusul maraknya fenomena “night ride” yang muncul di kalangan pelajar yang ditengarai menjadi ajang balap liar di malam hari.
Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang Sukaton Purtomo Priyatmo mengatakan fenomena itu muncul karena dimanfaatkan oleh sebagian siswa yang tidak bertanggungjawab
“Mungkin ada yang mengira kalau pembelajaran jarak jauh (PJJ) itu berarti libur sekolah, sehingga malamnya mereka kumpul-kumpul lalu berkegiatan negatif,” jelasnya usai meninjau try out di SMP Negeri 1 Bergas belum lama ini.
Dikatakan, tim khusus yang akan dibentuk itu bertugas untuk memonitor sejumlah lokasi yang dimungkinkan menjadi titik kumpul maupun tempat nongkrong komunitas motor siswa SMP.
“Hal ini dilakukan untuk menindaklanjuti sekaligus menjawab keprihatinan kalangan pendidik, terkait dengan munculnya fenomena baru di tengah situasi pandemi,” urainya.
Dijelaskan Katon, kegiatan night ride tersebut bisa membahayakan siswa, karena memicu trek-trekan atau balap liar.
“Informasinya mereka kumpul sekira jam 20.00, lalu keliling-keliling. Sudah menelan dua korban yakni siswa SMPN 2 dan SMPN 3 Ungaran,” katanya.
Menyikapi hal tersebut pihaknya akan menyampaikannya kepada Bupati Semarang untuk melakukan penanganan.
“Secepatnya akan kami laporkan kepada Bupati Semarang, bahwa di masa pandemi Covid-19 ini muncul fenomena yang tidak boleh dilakukan oleh anak- anak usia SMP tersebut,” ungkapnya.
Pihaknya juga telah memberikan “warning” kepada 51 SMP yang ada di wilayah Kabupaten Semarang untuk melakukan pengawasan kepada para peserta didiknya.
“Kami mengimbau sekolah juga memastikan agar para peserta didiknya tetap dalam pengawasan. Jangan sampai berkegiatan yang membahayakan di tempat umum seperti trek- trekan,” ujarnya. (win)