YOGYAKARTA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan kebudayaan Jawa saat ini menghadapi tantangan yang nyata. Pelestariannya dibutuhkan pemikiran implementatif dan komitmen.
Hal itu diungkapkan Ganjar usai Kongres Kebudayaan Jawa III di Yogyakarta, Senin (14/11).
KKJ III yang berlangsung hingga 17 November nanti, melibatkan peserta dari berbagai unsur. Selain itu ada pula wakil delegasi utama dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
“Tadi saya sampaikan, nilai-nilai yang pernah disepakati itu bener nggak mau kita laksanakan. Nah komitmen-komitmen itu mesti kita dorong, jadi kita lebih bicara pada implementasi,” ujarnya.
Ganjar menuturkan, beragam warisan kebudayaan Jawa kini mau tidak mau harus dikembangkan. Khususnya warisan budaya benda seperti gamelan, keris, wayang, batik, dan cerita panji.
“Mesti kita eksplor dan kembangkan terus menerus,” ucapnya.
Salah satu upaya menjaga budaya Jawa yang diterapkan Ganjar di Jawa Tengah, adalah kebijakan mengenakan pakaian adat setiap hari Kamis.
“Beberapa hari ini mudah-mudahan nanti akan memunculkan pemikiran dengan cara melaksanakan dan komitmen daerah dari tiga provinsi ini,” tandas Ganjar.
Adapun Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwana X dalam sambutannya mengatakan, budaya Jawa tidak akan hilang meski terus digempur modernisasi. Budaya Jawa, kata Sultan mesti direaktualisasi.
“Melalui kegiatan Kongres Kebudayaan Jawa ini, budaya Jawa dapat menjadi jawaban atas berbagai tantangan zaman dan tantangan global, seiring dinamika yang menyertainya,” kata Sultan.
Secara resmi, Ganjar membuka KKJ III bersama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X dan Gubernur Jatim yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra, Benny Sampirwanto.