RASIKAFM.COM | SALATIGA – Kebijakan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang mengizinkan pelaksanaan kegiatan di hotel dan restoran, belum membawa angin segar bagi pelaku usaha di Kota Salatiga.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Salatiga Arso Adji Sadjiarto, mengatakan dampak efisiensi menurunkan okupansi dan kunjungan di restoran. “Untuk okupansi hotel turun 60 persen dan restoran antara 30 sampai 40 persen,” ujarnya di Grand Wahid Hotel Salatiga, Senin (16/6/2025).
Menurutnya Lesunya industri hotel dan restoran di Kota Salatiga memicu dampak besar pada tenaga kerja.
“Akibatnya, pegawai kontrak atau casual worker tak lagi dipekerjakan, sementara karyawan tetap harus menerima kenyataan bonus mereka dipangkas karena target pendapatan tak tercapai, Karena tidak ada kegiatan di hotel”. ujar Arso.
Meski ada penurunan okupansi, kata Arso, sampai saat ini tidak ada laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja di lingkungan PHRI Kota Salatiga.
Arso mengatakan situasi saat ini menjadi dilema, karena meski pemerintah daerah diizinkan mengadakan kegiatan di hotel, namun ada efisiensi anggaran.
“Kondisinya masih sama, belum kita lihat perkembangan atau pesanan dari pemerintah daerah, baik Salatiga maupun pemerintah daerah tetangga, yang dulu banyak dilaksanakan di Salatiga,” ungkapnya.
Meski begitu, pelaku usaha di Salatiga masih bersyukur karena tetap ada kunjungan meski tidak memenuhi target pertumbuhan yang diharapkan. “Event-event yang diadakan bisa menarik kunjungan, kisaran 5 persen. Termasuk nanti setelah bulan Suro dalam penanggalan Jawa, biasanya sepi hajatan, kita nantikan ada pergerakan setelah itu,” kata Arso.