RASIKAFM.COM | UNGARAN – Embung Sebligo yang terletak di Dusun Indrokilo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengering sebagai dampak kemarau panjang. Akibatnya, petani durian di daerah itu mengalami kesulitan untuk memenuhi keperluan irigasinya.
Dijelaskan oleh Kepala Desa Lerep Sumariyadi, embung seluas hampir 5.000 meter persegi itu mengalami kekeringan ekstrem sejak dua minggu yang lalu. Praktis saat ini tak ada sedikitpun air di embung yang ada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
Kabar Terkait :
“Akibat dari kemarau panjang. Konsep embung memang tidak menyuplai air tapi menabung air waktu musim hujan. Sehingga saat kemarau seperti saat ini seharusnya digunakan untuk menyiram tanaman,” ujarnya saat dikonfirmasi di Ungaran, Kamis (5/10/2023).
Embung Sebligo, lanjut Sumariyadi, dibangun dalam rangka pengembangan sentra pemberdayaan tanaman durian. Sebanyak 3.000 bibit tanaman durian telah ditanam oleh kelompok tani di sekitar embung. Dengan kondisi kering kerontang seperti saat ini maka pengairan tanaman durian menjadi terganggu. Bahkan ratusan tanaman mati akibat tidak mendapatkan air yang cukup.
“Dari 3.000 bibit yang ditanam, sekitar 100 tanaman yang ukurannya kecil mati. Kalau yang berukuran besar relatif bisa bertahan,” kata Sumariyadi.
Terkait solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengambil air dari beberapa cerukan yang ada menggunakan jeriken meski dengan jarak yang cukup jauh. Kemudian jeriken itu diangkut menggunakan sepeda motor untuk menyirami tanaman durian.
“Sementara hanya itu yang bisa dilakukan, sambil berdoa semoga lekas turun hujan agar embung terisi air,” paparnya.
Sumariyadi mengakui kemarau tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu kemarau hanya berlangsung selama dua bulan, sedangkan tahun ini sudah terjadi selama empat bulan. Kondisi ini turut berimbas pada petani padi. Meski tidak bergantung pada Embung Sebligo, saluran irigasi di sisi sebelah barat desa yang dimanfaatkan untuk mengairi persawahan juga mengalami penurunan debit air. Sehingga hampir semua petani padi tidak bisa menanami sawahnya.
“Paling hanya tanaman palawija, itupun tidak semua bisa tanam karena tidak mencukupi airnya,” ungkapnya.
Meski demikian, Sumariyadi menambahkan, kebutuhan air bersih untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga warga sehari-hari masih cukup karena sudah didukung oleh Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
“Alhamdulillah untuk keperluan air bersih cukup, meski beberapa dusun dilanda kekeringan. Tapi kalau untuk pertanian memang paling terkena dampaknya,” tandasnya. (win)