RASIKAFM.COM | UNGARAN – Sebanyak enam pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran selaku Bupati Semarang yang pertama dijamas di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang, Kamis (7/3/2024). Keenam pusaka itu disucikan dalam acara peringatan hari jadi ke-503 Kabupaten Semarang.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha menyebut air yang digunakan untuk menjamas sebagai air suci atau Tirta Perwitasari. Air pertama diambil dari dari Dusun Karangkepoh, Desa Pager, Kecamatan Kaliwungu, kemudian para warga melanjutkan mengambil air lain di seluruh kecamatan hingga terkumpul dan diserahkan ke pendopo.
“Tirta Perwitasari dipakai untuk jamasan pusaka, baik peninggalan Ki Ageng Pandanaran II, Bupati Semarang pertama, maupun pusaka-pusaka milik masyarakat juga dijamas secara bergantian,“ ungkap Ngesti.
Ngesti menjelaskan, pada peringatan HUT Kabupaten Semarang kali ini ada yang berbeda. Sebab, ada penyerahan 3.000 bibit pohon yang akan ditanam di lereng Gunung Merbabu. Pasalnya, belakangan ini sejumlah bencana terjadi, terutama banjir bandang yang melanda sejumlah permukiman yang ditengarai akibat tidak ada pepohonan di lereng Merbabu pascabencana kebakaran beberapa waktu lalu.
“Penanaman itu untuk mengatasi hutan yang gundul akibat kebakaran di lahan seluas sekitar 400 hektare di gunung tersebut beberapa waktu lalu. Kondisi saat ini begitu hujan, di wilayah Desa Tajuk, Desa Batur, karena hutannya gundul sehingga batu-batunya turun ke sungai hingga jembatan-jembatan roboh,” sambungnya.
Sementara MA Sutikno Diprojo selaku penjamas pusaka menerangkan, prosesi jamasan pusaka ini sangat luar biasa karena mendapat dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat yang antusias terhadap nilai-nilai budaya, terutama simbol-simbol yang adiluhung.
“Pusaka itu adalah ageman para leluhur yang diwariskan kepada generasi sekarang. Itu harus dipahami apa maknanya dan harus diterapkan dalam perilaku sehari-hari,” jelasnya.
Dijelaskan Sutikno, enam pusaka yang dijamas terdiri dari satu tombak tetunggul Semar Tinandhu yang didampingi dua trisula, serta sisanya adalah keris dengan luk tujuh. Semuanya asli peninggalan Ki Ageng Pandanaran II dari era kerajaan Padjajaran sampai dengan Majapahit.
“Jamasan ini merupakan simbol pembersihan diri agar perilaku kita senantiasa mendatangkan keberkahan. Selain itu juga untuk nguri-uri kabudhayan, di mana pusaka ini merupakan peninggalan Bupati Semarang yang pertama,” bebernya. (win)