Semarang, Oktober 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jawa Tengah pada September 2025 tetap terkendali dalam sasaran nasional, yakni sebesar 0,21% (mtm) dan 2,65% (yoy). Angka ini sejalan dengan inflasi nasional yang berada di level yang sama, menunjukkan stabilitas harga di daerah.
Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami kenaikan harga bulanan. Inflasi tertinggi tercatat di Cilacap (0,34% mtm), sementara yang terendah di Wonogiri (0,12% mtm).
Pendorong Inflasi
Kenaikan harga terutama bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0,12% mtm. Beberapa komoditas yang mendorong inflasi antara lain:
Daging ayam ras, naik seiring harga pakan yang meningkat.
Telur ayam ras, terdorong keterbatasan produksi di tingkat peternak akibat percepatan afkir ayam.
Cabai merah, naik pasca puncak panen dan kondisi cuaca kurang mendukung.
Sebaliknya, bawang merah justru mencatat deflasi berkat peningkatan pasokan panen dari sentra produksi di Kabupaten Brebes.
Selain kelompok pangan, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya turut menyumbang inflasi sebesar 0,08% mtm, terutama dipicu oleh kenaikan harga emas perhiasan. Hal ini sejalan dengan tren harga emas dunia yang melonjak akibat ketidakpastian global, naik 10,91% secara bulanan dan 41,76% secara tahunan.
Penahan Inflasi
Tekanan inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi di sektor Transportasi (-0,02% mtm), seiring turunnya tarif kereta api. PT KAI memberikan diskon tarif hingga 20% dan flash sale tiket Rp80.000 dalam rangka perayaan HUT ke-80 pada 28 September 2025.
Langkah Ke Depan
Untuk menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia bersama TPID Jawa Tengah terus memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan daerah. Upaya pengendalian inflasi akan difokuskan pada penjagaan pasokan, kelancaran distribusi, dan sinergi kebijakan daerah, sehingga inflasi Jawa Tengah tetap terjaga di kisaran sasaran 2,5±1%.