RASIKAFM – Pemerintah pusat melalui Presiden RI Joko Widodo mengumumkan memperpanjang kembali PPKM Level di Jawa-Bali terhitung sejak 31 Agustus hingga 6 September 2021.
Dalam perpanjangan PPKM Level kali ini, daerah aglomerasi Semarang Raya mengalami penurunan dari Level 3 menjadi Level 2.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan dalam peraturan baru penurunan Level 2 ini, terdapat sejumlah perubahan untuk pembatasan kegiatan usaha dan tempat ibadah di Kota Semarang.
“Yang berubah lebih pada kuantitas masyarakat yang datang maupun tambahan periode atau jam. Misalnya kegiatan PKL, toko kelontong yang tadinya jam 8 malam harus tutup sekarang menjadi jam 9 malam. Yang tadinya kapasitas 50 persen misal di supermarket, mal dan tempat ibadah sekarang bisa 75 persen,” kata Hendi saat konferensi pers di Balai Kota Semarang, Selasa (31/8/2021).
Kendati demikian, Hendi memberi catatan indikator penurunan level di wilayahnya dari level 3 menjadi level 2.
Dia menyebut, berdasarkan indikator penurunan level, Kota Semarang seharusnya udah berada di level 1.
Sebab, penambahan kasus konfirmasi Kota Semarang berada di angka 8,7 persen, dirawat di rumah sakit 0,8 per 100.000 dan kematian 0,98 persen.
“Yang menarik adalah dari positive rate, pertumbuhan penderita, BOR rumah sakit, kematian dan pasien yang dirawat sebenarnya indikator Semarang sudah berada di level 1,” ungkapnya.
Namun, ada dua hal yang disampaikan oleh pemerintah pusat yang membuat Kota Semarang belum bisa berada di level 1.
“Yaitu angka testing dan tracing memang kurang baik. Tapi kita akan kejar seminggu ini testing dan tracing dengan teman-teman nakes, camat, lurah dibantu TNI/Polri mudah-mudahan angka testing dan tracing bisa semakin baik. Tidak hanya di level 2 tapi bisa naik di level 1,” ujarnya.
Berdasarkan Inmendagri No. 35/2021 saat Kota Semarang berada di Level 3 berlaku pada 24-30 Agustus, target testing 3.984 orang per hari. Jika mampu memenuhi target itu, Kota Semarang akan berada di level 1 dengan positivity rate di bawah 5 persen.
Namun selama sepekan terakhir, positivity rate di Kota Semarang masih berada di angka 12,2 persen.
“Angka testing di Kota Semarang dalam posisi sedang yakni 12,2 persen dari yang seharusnya kurang dari 5 persen. Sedangkan tracing harus lebih dari 14 persen tapi angka Semarang ada di 2,4 persen per 100 ribu jadi ada dalam posisi terbatas,” ungkapnya.
Hendi menyebut kendala yang dihadapi terkait tracing dan testing di wilayahnya yakni jumlah petugas atau tracer yang terbatas.
“Untuk bisa melakukan tracing jumlah tracer kan kurang banyak dibandingkan jumlah penduduk di Semarang. Tapi Alhamdulillah sudah dapat dari BNPB 100 orang. Kita kerjasama dengan TNI/Polri dan nakes di Semarang,” ucapnya.
Untuk itu, Hendi berupaya melakukan peningkatan tracing dan testing dengan mengedepankan validitas data dan menyadarkan masyarakat untuk lebih jujur.
“Masyarakat harus jujur mengakui saat dites positif kemarin ketemu siapa saja. Selama kontak erat paling tidak 10 orang, tetangga kanan kiri dites juga. Supaya bisa memenuhi yang 3.900 sekian itu,” ujarnya
Di sisi lain, Hendi juga berupaya menggenjot vaksinasi di wilayahnya agar dapat mencapai target 1,3 juta sasaran.
“Per hari ini vaksinasi sudah 73,97 persen dari target 1,3 juta untuk v1. Sedangkan v2 51,92 persen,” jelasnya.
Sesuai Inmendagri No.38/2021 tentang PPKM terbaru, Kota Semarang yang saat ini menempati level 2 ditarget menggelar testing kepada 266 orang setiap harinya.