RASIKAFM.COM | SALATIGA – Kota Salatiga kembali meraih predikat sebagai Kota Tertoleran di Indonesia versi Setara Institute. Di tahun sebelumnya Salatiga mendapatkan peringkat kedua Kota Tertoleran, namun saat ini Kota Salatiga turun peringkat menjadi urutan ketiga. Meski begitu, secara penilaian ada kenaikan dari skor 6,417 menjadi 6,450.
Penjabat Wali Kota Salatiga Yasip Khasani menyebut, menjaga toleransi di Kota Salatiga sudah menjadi sebuah budaya. Sebab, di Kota Salatiga terdapat 39 etnis yang secara bersama-sama hidup bertetangga.
“Bahkan dalam satu atap kontrakan. Meskipun berbeda etnis, suku dan agama, mereka bisa menjaga kerukunan dan saling berkontribusi satu sama lainnya,” terang Yasip dalam pidato penerimaan tropi dan piagam Kota Salatiga sebagai kota tertoleran ke-3 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Disebutkan, Kota Salatiga pada tahun ini meraih skor 6,450 dalam Indeks Kota Toleran (IKT). Angka tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang meraih skor 6,417.
Meski demikian, secara peringkat Kota Salatiga mengalami penurunan dari peringkat 2 ke peringkat 3. Perolehan skor Kota Salatiga berbeda tipis di bawah Kota Bekasi dan Singkawang.
Dikatakan, penghargaan ini merupakan kerjasama penjabat yang terdahulu dalam membersamai masyarakat Salatiga untuk mengimplementasikan bagaimana mewujudkan bahwa, keberagaman ini adalah sesuatu yang sederhana, bermula dari kemauan maupun kesadaran dari seluruh masyarakat.
“Semoga ke depan kami tetap bisa membersamai masyarakat Salatiga untuk tetap meningkatkan toleransi beragama maupun toleransi sosial dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Yasin.
Yasip juga menyampaikan kebanggaannya terhadap masyarakat yang telah membawa Salatiga dalam keadaan yang rukun.
Ia berharap, toleransi tetap dijaga dan terus ditingkatkan. Dimana, masyarakat saling memahami nilai toleransi sampai pada level paling kecil, sehingga benar-benar menjadi semangat nafas maupun kultur masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Dr. Ismail Hasani mengungkapkan bahwa, Indeks Kota Toleran (IKT) adalah kerja studi pengukuran terhadap kinerja kota-kota di Indonesia.
Dalam hal ini, penilaian bukan hanya pada kinerja walikota, tapi juga pada kinerja masyarakat, tokoh agama, tokoh sosial, elemen masyarakat sipil, dan lain-lain.
“Jadi, dalam IKT ini ada empat variabel, yang hari ini kita perkenalkan tiga penopang kepemimpinan ekosistem toleransi. Yang pertama adalah kepemimpinan politik toleransi, yang ke dua adalah kepemimpinan sosial dan yang ke tiga adalah kepemimpinan birokrasi. Kalau tiga kepemimpinan ini kokoh, maka ekosistem toleransi akan terbentuk. Kalau kita menggunakan perspektif the stair of terorism misalnya, maka intoleransi adalah tangga pertama menuju terorisme, tangga berikutnya adalah radikalisme dan puncaknya adalah terorisme,” terang Ismail.