BANYUBIRU – Pasca hujan deras yang mengguyur wilayah Banyubiru, Kabupaten Semarang pada Senin (6/6/2022) dan mengakibatkan tanah longsor di lereng Gunung Kelir, pihak SMPN 3 Banyubiru menyiapkan sejumlah langkah antisipasi.
Pasalnya, gedung sekolah yang terletak di Desa Wirogomo, Banyubiru tersebut berada tepat di bawah tebing Gunung Kelir yang rawan longsor. Terlebih saat ini sedang berlangsung Penilaian Akhir Tahun (PAT) yang diikuti sebanyak 63 murid kelas VII dan VIII yang diselenggarakan sejak tanggal 6 Juni hingga 11 Juni 2022 mendatang.
“Salah satu opsi yang kami ambil adalah dengan memulangkan siswa jika cuaca buruk dan menyelenggarakan PAT susulan,” ungkap Kepala SMPN 3 Banyubiru Joko Parnoto saat dikonfirmasi di kantornya, Selasa (7/6/2022).
Joko menuturkan, pada hari Senin kemarin sempat terjadi guguran meterial batu dan tanah dari lereng bukit di belakang sekolahnya longsor setelah diguyur hujan lebat sekitar pukul 13.45 WIB. Saat itu seluruh siswa sudah pulang karena waktu PAT sudah selesai. Namun sebanyak 22 orang yang terdiri dari guru dan tenaga kependidikan yang masih berada di lingkungan sekolah terpaksa harus meninggalkan ruang mereka untuk menjauh dari lereng bukit.
“Begitu mendengar suara gemuruh, kami segera keluar meninggalkan bangunan sekolah dan mencari tempat yang lebih aman,” ungkapnya.
Pasca kejadian longsor tersebut, kegiatan di SMPN 3 Banyubiru masih berjalan normal dan para siswa kelas VII dan VIII kembali mengikuti PAT di ruang kelasnya masing- masing.
Meski bangunan sekolah tidak terdampak guguran longsor, namun kewaspadaan terhadap terjadinya longsor susulan masih ditingkatkan, karena kondisi cuaca masih tidak menentu dan cenderung turun hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
“Kalau ruang kelas relatif jauh dari tebing, insyaAllah aman. Yang agak rawan itu lab komputer, mushala, dapur dan tempat parkir,” imbuhnya.
Joko menambahkan, pihak sekolah sudah memberikan pemahaman baik kepada guru, staf maupun anak didik terkait sadar bencana. Di dalamnya termasuk bagaimana cara evakuasi jika terjadi bencana dan membaca tanda-tanda alam.
“Beberapa waktu lalu pihak dari kementerian ESDM datang ke sini dan memberikan pemahaman soal tanda alam jika terjadi pergerakan tanah, diantaranya jika ada pohon yang posisinya miring. Alhamdulillah saya amati posisi pohon di atas (bukit) masih tegak, mudah-mudahan tidak terjadi longsor,” tambahnya.
Salah seorang siswa kelas VIII, Rizal saat yang dikonfirmasi mengakui sedikit khawatir jika sewaktu-waktu terjadi longsor susulan saat mengerjakan PAT.
“Sebenarnya masih agak takut juga, terutama saat masih di kelas tiba-tiba hujan deras,” katanya.
Menurutnya selama ini kegiatan belajar siswa belum pernah dihentikan karena bencana tanah longsor. Meski demikian, ia dan seluruh siswa yang lain mengaku sudah mendapatkan pemahaman tentang sadar bencana sehingga tahu harus bagaimana jika sewaktu-waktu terjadi tanah longsor. (win)