UNGARAN – Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di wilayah Kabupaten Semarang membuat para peternak khawatir. Bahkan, penyakit pada ternak ruminansia ini mulai menyerang sapi perah. Hal itu mengakibatkan terganggunya produktivitas susu sapi segar.
Salah satu sentra produksi susu sapi segar di Kabupaten Semarang adalah Kecamatan Getasan. Sejak muncul kali pertama pada pertengahan Mei 2022 lalu, ratusan ekor sapi perah di kecamatan ini terindikasi telah terinfeksi virus tersebut.
“Jika diakumulasi, jumlah sapi yang terindikasi telah terinfeksi PMK di 12 dusun tersebut sudah mencapai lebih dari 120 ekor,” ungkap relawan penanganan PMK di Kecamatan Getasan, drh Mukhlas Yasi Alamsyah.
Dijelaskan Mukhlas, ia dan para relawan program profesi dokter hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) sampai kewalahan membantu memberikan penanganan.
“Hampir setiap hari ada laporan warga yang ternak sapinya terindikasi PMK di beberapa tempat, sementara jumlah kami terbatas,” ujarnya.
Serangan PMK pada ternak sapi perah ini, menurut Mukhlas mengakibatkan kerugian ganda bagi para peternak. Selain kondisi kesehatan sapi yang menurun, hal ini juga mengganggu produktivitas susu sapi segar. Karena meski sapi-sapi yang terkena PMK telah pulih, produktivitasnya tidak dapat kembali seperti sebelumnya.
“Ada penurunan kualitas dan kuantitas dibandingkan sebelum kena (PMK),” terangnya.
Warga berharap ada tindakan cepat dari dinas terkait untuk megendalikan penyebaaran PMK di Kecamatan Getasan ini. Karena PMK terus mengancam produktivitas di kecamatan sentra produksi susu sapi segar ini.
“Jika satu ekor sapi kehilangan produktivitas susu hingga 10 liter, maka penurunan produksi dari 120 ekor sapi yang kena bisa mencapai 1.200 liter susu,” pungkasnya. (win)