RASIKAFM.COM | UNGARAN – Sumber daya manusia (SDM) yang berkecimpung di sektor pertanian di Kabupaten Semarang didominasi oleh usia di atas 45 tahun, bahkan prosentasenya mencapai 77 persen. Hal itu jika dibiarkan jangka panjang, maka bisa mengancam keberlangsungan SDM pertanian.
Sebagai langkah regenerasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang mendorong para kaum muda untuk kembali ke sektor pertanian. Salah satunya adalah dengan mencanangkan program sekolah tani milenial.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Moh Edy Sukarno menjelaskan, hasil sensus pertanian dari tahun 2013 hingga 2023 terjadi penurunan SDM pertanian sebanyak 10 persen. Artinya, ancaman ‘no farm, no food, no life’ bisa terjadi.
“Sehingga sekolah tani milenial ini diharapkan mampu membangkitkan gairah dan semangat anak-anak muda untuk bertani,” jelasnya di sela acara launching Sekolah Tani Milenial di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4S) Citra Muda, Dusun Sidomukti, Kopeng, Kabupaten Semarang, Senin (16/9/2024).
Edy menuturkan, Sekolah Tani Milenial kali ini melibatkan 540 petani muda. Digelar selama 2 hari dengan 12 sesi pelatihan. Program ini merupakan wadah bagi para kaum muda untuk belajar mengembangkan pertanian. Termasuk metode pertanian organik yang terbukti bisa meningkatkan hasil.
“Insyaallah akan menjadi program tahunan. Nanti akan kita ajarkan soft skill kewirausaahan, ekonomi digital, hingga modernisasi pertanian,” paparnya.
Ketua P4S Citra Muda, Sofyan Adi Cahyono mengatakan, Kabupaten Semarang memiliki potensi pertanian yang cukup besar meliputi dataran tinggi, persawahan, perikanan dan peternakan. Dengan potensi ini pihaknya ingin mendorong semangat bertani bagi para pemuda.
“Tahun ini kita dorong dan fasilitasi anak-anak muda tentang bagaimana berbisnis di sektor pertanian,” kata dia.
Pelatihan ini, lanjutnya, akan dibagi beberapa klaster yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, biofarmaka, perkebunan, peternakan, dan sebagainya. Sehingga Kabupaten Semarang Berdikari bisa terwujud melalui petani milenial.
“Dari klastering itu akan muncul petani milenial yang ahli di bidang masing-masing. Bahkan teman-teman muda ada yang mengemasnya menjadi agrowisata,” sambungnya.
Sementara Bupati Semarang, Ngesti Nugraha mewanti-wanti agar Dispertanikap melakukan pendampingan bagi petani milenial setelah diberikan pelatihan.
“Setelah dilatih, praktek langsung, jangan dilepa. Dispertanikap lakukan pendampingan melalui penyuluh pertanian. Kita akan bantu APBD agar lebih maksimal,” ujarnya.
Ngesti berharap, program Sekolah Tani Milenial ini mampu meningkatkan produksi pertanian. “Kita juga berupaya sosialisasi bagaimana bisa kerja sama antar BUMDes untuk saling mengisi dan melengkapi. Misal BUMDes mana penghasil beras kerja sama dengan penghasil sayuran, dan sebagainya,” tandasnya. (win)