RASIKAFM.COM|SEMARANG – Belasan ribu tenaga kerja akan dikirim ke Negara Korea Selatan (Korsel). Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengatakan, hal itu prospek penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan masih terbuka lebar.
Benny menyebut, pekerja Indonesia sangat diminati di Korsel. Sebab, orang Indonesia dinilai, telaten, rapi, dan sangat penurut.
“Itu permintaan Korea (18 ribu PMI), saya sering ketemu Dubes Negara penempatan, saya tanya kenapa alasan mereka suka dengan orang Indonesia? Mereka jawab karena orangnya atitudenya baik, disiplin, bersih, rapi dan tidak suka membantah. Kalaupun Filiphina mengklaim lebih baik dari kita, itu soal kemampuan bahasa saja,” ujar Benny di sela acara pendaftaran Calon Pekerja Migran Indonesia (CMPI) program government to government (G to G) di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jumat (27/1/2023).
Ia menyebut, pekerja Indonesia banyak dibutuhkan di industri manufacturing, fishing, tenaga medis hingga pengasuh atau perawat lansia di beberapa negara maju.
“Program G to G ini baru di 3 negara. Kalau Korea di manufacturing dan fishing. Untuk Jerman perawat, kalau Jepang pengasuh lansia dan perawat di rumah sakit. Gajinya besar sampai puluhan juta rupiah,” terangnua.
Ia menyebut, ada 17 ribu calon PMI dari Jawa Tengah mengikuti tahapan verifikasi dokumen pendaftaran sebagai Calon PMI di Korea Selatan. Sementara secara nasional pendaftar CPMI ke Korea Selatan mencapai 35 ribu orang.
“Tahun ini pendaftar sebagai calon PMI di Korea Selatan mencapai 35 ribu.Dari jumlah pendaftar, terbanyak memang di Jawa Tengah, yang mencapai sekitar 17 ribu. Mereka akan diseleksi sesuai kuota yang diberikan, yakni sebanyak 12 ribu sampai 18 ribu, khusus di Korea Selatan,” bebernya.
Benny menambahkan, para pekerja migran ini menjadi penyumbang devisa terbesar untuk negara setelah sektor migas. Tak main-main, besarannya mencapai Rp 159,6 triliun yang digunakan untuk pembangunan bangsa.
“Dan kami juga mengimbau jangan pernah tergiur tawaran sindikat atau calo yang menjanjikan pekerjaan di luar negeri secara tidak resmi. Risikonya terjadi eksploitasi kerja, fasilitas yang tidak diberikan, hingga rentan kekerasan fisik atau menjadi korban kekerasan,” imbuhnya.