Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) telah menyiapkan produksi berbagai olahan dari tempe untuk diekspor ke luar negeri. Sejauh ini, permintaan tempe dari berbagai negara cukup tinggi dengan harga yang menjanjikan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan para perajin tempe di Indonesia untuk menyiapkan formula ekspor ini. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Duta Besar Indonesia di berbagai negara. Setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Perdagangan RI, maka ekspor tempe ini akan segera direalisasi,” kata Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) Gakoptindo ke-XII tahun buku 2021di Hotel Grand Wahid Salatiga, (2/6). Rapat ini diikuti 19 Pusat Koperasi Tahu-tempe (Puskopti) dari perwakilan provinsi di Indonesia.
Menurut Aip Syarifuddin, berbagai olahan dari tempe bisa diekspor dengan nilai jual lebih tinggi dari nilai jual di Indonesia. Tentunya ini akan dapat mensejahterakan perajin tahu-tempe.
“Olahan tempe ini bisa saja yang diekspor seperti coklat tempe atau brownis tempe seperti yang sudah ada di Salatiga saat ini. Juga inovasi lain dari bahan dasar tempe bisa juga untuk diekspor,” jelasnya.
Aip menambahkan, pihaknya sudah bertemu dengan Kementerian Perdagangan RI dalam hal ini Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) untuk terobosan olahan dari tempe ini agar bisa diekspor. Tugas Gakoptindo adalah memproduksi berbagai olahan dari tempe nanti selanjutnya BPEN yang akan menilai produk apa saja yang layak untuk ekspor.
“Sudah ada pembahasan dan kami sosialisasikan ke perajin. Nanti kami minta Puskopti propinsi-propinsi untuk mengirim produk olahan tempe yang bagus. Tentu kami juga sudah menghubungi negara lain yang sudah siap menerima ekspor tempe ini. Jadi nanti biar tempe sejajar dengan produk luar negeri yang bisa dipasarkan di supermarket-supermarket di luar negeri,” tandasnya.
RAT ini juga dihadiri Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi. Dalam sambutannya, ia meminta pengurus Kopti se-Indonesia untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa bukan pengrajin tempe yang menaikkan harga. Tetapi, memang bahan bakunya yang sudah naik, yaitu kedelai impor.
“Saya berharap informasinya utuh sampai kepada masyarakat karena Presiden pun menyampaikan hal serupa ke Menteri dan Kepala Bapanas,” ungkapnya.