SURAKARTA – Kerjasama pentahelix yang dilakukan antara Pemkot Surakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Bank Jateng berhasil membawa UMKM di Solo ekspor ke Prancis. Pelepasan ekspor dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Solo Techno Park, Rabu (9/11).
Nantinya, UMKM tersebut akan dipamerkan di La Maison de I’indonesie di Paris. Pemilik UMKM tersebut merupakan mahasiswa dan alumni dari UNS yang telah melewati kurasi.
Produk dari dua UMKM tersebut berupa kerajinan tangan. Ada furnitur, tekstil berupa kain pantai dan produk fashion. Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, kerjasama ini contoh yang bisa direplikasi daerah lainnya.
“Perguruan tinggi itu kan punya riset, punya mahasiswa, terus kemudian punya konsep merdeka belajar. Praktik saja. Bisa direplikasi sistemnya,” kata Ganjar usai melepas truk kontainer bermuatan ekspor dengan nilai harga dasar Rp 133 juta.
Jika satu perguruan tinggi bisa bergerak untuk mendampingi sejumlah UMKM dan kemudian dikurasi. Sehingga produknya berkualitas dan bisa didorong naik kelas untuk kemudian diekspor.
“Nah kerja sama ini harapan kita menjadi satu model, saya meyakini polanya tidak cukup hanya sekadar pameran tapi harus jualan. Maka temanya hari ini dari expo ke ekspor. Itu menurut saya paling bagus,” kata Ganjar.
Tak cukup sampai di situ, lanjut Ganjar, pemerintah juga turut memfasilitasi. Khususnya kedutaan besar di luar negeri. Salah satunya dengan membeli toko dan dijadikan ‘Rumah Indonesia’.
“Sehingga orang akan terbiasa bahwa dia membutuhkan sesuatu dengan tingkat keunikan ala Indonesia, dia tahu ke mana harus pergi,” katanya.
Mantan anggota DPR RI ini juga menegaskan soal pendanaan itu perkara mudah. Sebab saat ini, Bank Jateng siap dengan berbagai macam skema kredit yang telah ada.
“Makanya kenapa kita bikin kredit Mitra Jateng 25, Kredit Milenial, itu sebenarnya kita pakai untuk menyikapi situasi seperti ini agar kemudian BPD seperti Bank Jateng itu betul-betul fit pada kondisi daerah dan waktu,” tegasnya.
Gubernur Jateng dua periode itu menuturkan, upaya-upaya yang dilakukan dan melibatkan banyak instrumen ini adalah salah satu upaya membawa UMKM Jateng naik kelas.
“Ini bagian dari cara kita menggerakkan UKM yang ada di Jawa Tengah yang musti naik kelas dan mereka bisa ekspor,” tandasnya.
Sebagai informasi, sampai dengan triwulan II jumlah UMKM binaan provinsi Jateng sebanyak 178.821 dengan omzetnya mencapai Rp 68,484 T. Nilai assetnya sebesar Rp 38,8 T dan menyerap tenaga kerja hingga 1,3 juta orang.