RASIKAFM.COM | UNGARAN – Danau Rawapening di Kabupaten Semarang, kini berstatus tercemar sedang. Hal ini berdasarkan hasil uji kualitas air terbaru yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta I.
Disampaikan oleh Kepala Divisi Jasa ASA Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Jratun Seluna, Didit Priambodo, uji kualitas air ini dilakukan di 14 titik anak sungai yang mengalir ke Danau Rawapening. Hasilnya terdapat beberapa parameter yang melebihi ambang batas baku mutu, seperti Biological Oxygen Demand (BOD), nitrogen, dan phospat.
“Artinya Danau Rawapening berstatus tercemar sedang. Ini menjadi tantangan besar yang dihadapi dalam menjaga kualitas air,” ungkap Didit dalam ditemui dalam acara Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Danau Rawapening dan Seremoni Penebaran Benih Ikan di Daya Tarik Wisata Bukit Cinta, Banyubiru, Rabu (30/10/2024).
Didit menjelaskan, pencemaran ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pertanian dan perikanan di sekitar danau, yang menyumbangkan kandungan nutrisi berlebihan pada air danau. Hal ini berdampak pada pesatnya populasi eceng gondok yang sebelumnya telah menutupi sekitar 80 persen permukaan danau.
“Kita tahu bahwa sejak 2020, Danau Rawapening telah menjadi perhatian pemerintah pusat. Program revitalisasi dari Kementerian PUPR yang dimulai saat itu bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan dan air di danau ini,” ujarnya.
Sebagai upaya pelestarian lingkungan Danau Rawapening, Didit menambahkan, Perum Jasa Tirta I bersama dengan stakeholder lainnya seperti PLN Indonesia Power dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana menebar 50.000 benih ikan serta konservasi lingkungan perairan.
“Alhamdulillah ini sudah masuk tahun ke lima. Harapan kami, kesadaran masyarakat untuk beralih dari perikanan budidaya ke perikanan tangkap semakin tinggi. Sehingga kualitas air (Rawapening) bisa semakin baik,” urainya.
Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Lalu Ardian Bagus Nugroho menerangkan, sinergi antar pihak menjadi kunci dalam menjaga ekosistem Rawapening.
“Kami melakukan kegiatan pemeliharaan setiap hari, termasuk pengerukan sedimentasi yang secara bertahap memenuhi dasar danau. Satu kapal kami kerahkan untuk mengangkut hingga 1.000 kubik sedimen setiap harinya,” jelasnya.
Proses ini, lanjutnya, dilengkapi dengan operasi pembersihan eceng gondok menggunakan 14 harvester yang didukung oleh enam ekskavator. Eceng gondok dari danau dilokalisir sementara untuk dibuang nantinya.
“Kalau di sekitar danau terdapat gundukan eceng gondok, itu hanya disposal sementara. Kita sudah kerja sama dengan PTPN 1 Regional 3 untuk membuang eceng gondok ke sana,” jelasnya.
Meski begitu, Ardian mengakui adanya kendala dalam akses jalan menuju danau, terutama karena sebagian besar area merupakan tanah pribadi.
“Satu-satunya akses hanya di dermaga Sumurup. Sehingga untuk menangani area seluas ini memang agak kesulitan,” paparnya.
Sementara Anang Rosihan, Asisten Manajer Sub PLTA Jelok, menyatakan bahwa Danau Rawapening juga berperan penting sebagai sumber energi primer untuk PLTA Jelok.
“Musim kemarau berpengaruh terhadap suplai air untuk PLTA, sehingga kami harus menyesuaikan debit air agar operasional pembangkit tetap berjalan sesuai pola,” jelas Anang. (win)