GROBOGAN – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo masih menemukan minyak goreng curah yang dijual dengan harga rerata Rp 18ribu-Rp20ribu. Padahal dari pengakuan distributor menjual dengan harga rerata Rp13ribu-15ribuan.
Hal ini ditemukan Ganjar saat sidak di di Pasar Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, Senin (18/4). Ketika masuk dan berkeliling di dalam pasar, Ganjar selalu mendengar curhatan emak-emak bahwa harga minyak mahal.
“Mahal pak, masih Rp 19ribu-Rp 20ribuan. Pripun niki pak ben didunke regane (Bagaimana ini pak biar diturunkan harganya),” ujar salah seorang emak yang ditemui Ganjar membawa jerigen minyak berukuran kecil.
Sembari bertanya harga minyak, Ganjar juga mewawancarai para pedagang sembako dan pakaian di Pasar Gubug. Sejumlah pedagang sembako mengaku beberapa bahan pokok stabil di harga tinggi.
“Dodolan klambi laris mboten bu? Meh badha akeh sing tuku sarung ya,” tutur Ganjar diiyakan emak-emak.
Bergeser 100 meter dari Pasar Gubug, Ganjar mampir ke kios distributor minyak goreng curah yang tampak sedang menerima pasokan dari tengki. Setelah berbincang, distributor bernama Handoyo mengaku menjual dengan harga rata-rata Rp 15ribu.
“Penjualannya bagus. Jadi per kilo Rp 15.400 untuk eceran kalau bakul 15.100, kalau liter 13ribuan. Kalau kita model distribusinya sampai tingkat di sini bagus seperti itu, sebenarnya teori berikutnya di masyarakat akan bisa lebih rendah,” kata Ganjar.
Fakta bahwa masyarakat masih membeli minyak goreng eceran seharga Rp 20ribu, kata Ganjar, problemnya ada pada tengkulak.
“Dadi yang kulakan di sini sampai ke konsumen. Mudah-mudahan tidak terlalu banyak, maka kalau tadi kita lihat di tingkat konsumen masih Rp 20ribu, 18ribu kayaknya masih ketinggian. Jadi ada problem di sana,” ucapnya.