RASIKAFM.COM | UNGARAN – Pabrik Kopi Banaran yang terletak di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu merupakan pabrik kopi tertua di Kabupaten Semarang yang dibangun pada tahun 1911, dan masih berproduksi hingga saat ini. Pada tahun 2022, Pabrik Kopi Banaran menghasilkan 216 ton kopi robusta kering untuk pasar ekspor ke beberapa negara seperti Italia.
Hal itu membuat Duta Besar (Dubes) Ethiopia untuk Indonesia, H.E Prof Fekadu Beyene Aleka tertarik hingga berkunjung secara langsung untuk melihat proses produksi Pabrik Kopi Banaran, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, baru-baru ini.
Director of Europe II, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, Winardy Lucky menjelaskan, sejumlah negara di kawasan Eropa berani memberikan harga yang tinggi untuk komoditas ini. Tentunya harus diimbangi dengan standar kualitas yang tinggi.
“Antara Indonesia dan Ethiopia sama- sama merupakan negara penghasil kopi. Maka kerjasama keduanya diperlukan untuk menjaga kualitas dan meningkatkan standar produksi sesuai yang ditetapkan oleh negara- negara di kawasan Eropa,” ujarnya.
Dikatakan Winardy, beberapa negara Uni Eropa mensyaratkan produk kopi yang masuk ke negaranya harus ramah lingkungan. Oleh karenanya, keseluruhan standar itu harus dipenuhi karena ini menjadi faktor penting yang akan membangun kepercayaan negara- negara di Eropa.
“Kepercayaan dalam hal ini tidak sekedar kualitas serta keberlanjutan pasokan, namun juga terkait dengan tatakelola produksi kopi,” kata dia.
Direktur Pemasaran Holding Perkebunan PTPN IX Dwi Sutoro menjelaskan, sebagai penghasil kopi terbesar ke 4 di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Colombia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa terus meningkatkan pasar kopi di dunia utamanya di wilayah Eropa. Lebih dari 96 persen produksi kopi di Indonesia dimiliki oleh para petani, sedangkan PTPN hanya berada pada kisaran 2,5 persen.
“Maka PTPN dalam dua tahun terakhir ini terus menggalang berbagai stakeholder yang ada untuk kerja bareng dan masing- masing berperan sesuai dengan bidangnya,” ungkapnya.
Sementara Dubes Ethiopia untuk Indonesia, H.E Prof Fekadu Beyene Aleka mengaku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga karena bisa mengetahui secara langsung proses produksi kopi dari hulu sampai hilir di Indonesia. Meski usia pabrik kopi Banaran yang sudah beroperasi sejak tahun 1911 sudah tua, namun proses pengolahan kopi yang memberdayakan masyarakat mampu menghasilkan kopi dengan kualitas terbaik.
“Kerjasama ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai hambatan dalam kegiatan ekspor kopi di pasar internasional. Sehingga sebagai sesama negara pengekspor kopi, masing- masing bisa mengupayakan proses pengolahan mutu kopi yang terbaik dan harga yang terbaik,” jelasnya. (win)