RASIKAFM – Puluhan orang jemaah Gereja Katolik Santo Paulus Miki Salatiga membagikan nasi bungkus kepada masyarakat secara gratis selama bulan puasa berlangsung.
Kepada rasikafm.com koordinator acara Agustinus mengatakan tradisi berbagi takjil menjelang waktu berbuka puasa oleh umat nasrani di gerejanya telah berlangsung lama. Kegiatan itu, adalah upaya merajut toleransi antar umat beragama di Kota Salatiga.
“Berbagi takjil ini sudah kami lakukan sejak tahun 2014. Ketika pandemi melanda Indonesia bertepatan bulan Ramadan tahun lalu, kegiatan sosial berbagi takjil tetap kami lakukan,” terangnya disela-sela aksi berbagi takjil di depan Gereja Paulus Miki Salatiga, Rabu (21/4/2021)
Menurut Agustinus, semula ide membagikan takjil secara gratis itu sempat diliputi rasa khawatir akan adanya penolakan dari masyarakat. Tapi, dalam perjalanannya, banyak dukungan dan apresiasi sehingga kegiatan tersebut dijadikan tradisi setiap tahun pada bulan puasa.
menu takjil yang terdiri dari kolak, es dawet, bubur ketela, es buah dan lainnya merupakan hasil masakan jemaah gereja kemudian disumbangkan kepada panitia untuk dibagikan.
“Kami membebaskan jemaah mau menyumbang apa. Karena tujuannya sosial, tidak ada kewajiban khusus, tapi puji Tuhan selama ini semuanya mendukung,” katanya
Dia menerangkan, sumbangan juga datang dari beberapa donatur yang beragama Islam. Mereka tertarik ambil bagian karena sesuai ajaran agama berbagi di bulan Ramadan pahalanya berlipat.
Agustinus mengaku dalam sehari terkumpul sekira 200-250 bungkus takjil siap untuk dibagikan. Hanya saja, karena situasi masih dalam pandemi serta keterbatasan tenaga sementara dibatasi maksimal 100 bungkus.
“Dulu sebelum pandemi kami biasa bagikan 200-250 bungkus takjil sebelum ada pandemi. Sekarang, terpaksa kami batasi karena panitia juga tidak boleh lebih dari 10 orang,” ujarnya
Pihaknya mengungkapkan, pada masa awal pandemi masuk ke Indonesia tidak berselang lama Ramadan tiba tradisi membagikan takjil gratis sempat diganti sembako. Itu karena, adanya larangan berkerumun guna memutus rantai penularan Covid-19. Sumbangan yang diterima panitia waktu itu pun terbatas pada beras, mie telur, dan minyak.
Dirinya menyatakan, panitia menerapkan aturan tersebut bukan tanpa alasan tetapi lebih karena faktor kesehatan penerima bingkisan.
“Kami terpaksa menolak sumbangan mie instan karena secara kesehatan menurut tim medis kami kurang bagus dikonsumsi. Tapi tahun ini kami sudah kembali ke tradisi awal berupa jajanan pembuka (takjil),” jelasnya (rief)