UNGARAN – Nurkholis warga Tegaron Banyubiru Kabupaten Semarang bertekad membuka usaha sendiri sejak tahun 2020. Dia yang selama beberapa tahun bekerja sebagai perajin gitar, mulai merintis pekerjaan sebagai tukang servis gitar.
Nurkholis membuka usahanya di komplek Ruko UKM Kerep Ambarawa. “Saya optimistis akan mampu survive karena pemain gitar sangat banyak dan termasuk alat musik yang mudah dimainkan siapa saja,” ujarnya, Sabtu (2/10/2021) saat ditemui.
Awalnya, semua nampak berjalan sesuai rencana. Penghasilannya mencapai kisaran Rp 6 juta per bulan. Hingga pandemi Covid-19 menyerang dunia yang berdampak terhadap usahanya.
“Awal-awal pandemi dampaknya memang belum terasa, hingga mulai banyak pembatasan-pembatasan itu, usaha servis gitar ikut merasakan akibat pandemi,” kata Nurkholis.
Diakui Nurcholis, efek yang paling dirasakan adalah karena banyak spare part dan aksesoris gitar yang masih impor.
“Memang kebanyakan aksesoris ini dari China, Taiwan, dan Korea sehingga pesennya harus online. Tapi karena pandemi, ekspedisi terganggu banyak pengiriman barang yang delay sehingga permintaan servis harus saya tolak. Jadinya pendapatan turun 50 persen. Kalau servis ringan masih bisa,” kata dia.
Biaya servis gitar dipatok mulai Rp 50 ribu untuk kerusakan ringan. Biaya dan waktu perbaikan tergantung kerusakan.
“Paling banyak itu patah neck, servis fret dan bodi. Kalau minta restorasi dan cat itu lebih lama, bisa sampai dua minggu. Bisa untuk gitar listrik dan akustik,” kata Nurkholis.
Nurkholis menegaskan akan tetap setia menjalani pekerjaannya sebagai perajin gitar karena bercita-cita membuka lapangan pekerjaan. “Tetap bertahan, apalagi saat ini mulai ada kelonggaran dari pemerintah terkait PPKM. Even musik meski terbatas mulai ada, jadi saya yakin akan banyak yang membutuhkan jasa servis alat musik,” terangnya. (win)