Petani porang di Kabupaten Semarang terancam merugi karena harganya merosot tajam. Saat ini, harga porang per kilogram hanya berkisar Rp 2.000.
Riyadi, petani Porang yang juga Kepala Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang mengatakan harga tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. “Idealnya harga porang itu Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram, itu agar petani tidak rugi,” jelasnya.
Riyadi mengungkapkan banyak warganya yang menanam porang. Total lahan yang ditanami porang mencapai 22 hektare. “Kemarin saat booming porang, memang banyak yang menanam porang. Bahkan para pengepul datang kesini untuk mengambil porang hasil panen,” ujarnya.
Dia berharap pemerintah pusat memiliki kebijakan khusus untuk menyelamatkan harga porang. “Tentu harapannya agar petani tidak merugi banyak. Jangan sampai ini seperti tanaman gelombang cinta, booming sebentar terus hilang begitu saja,” kata Riyadi.
Dia mengaku tidak mengetahui penyebab anjloknya harga porang tersebut. “Kalau penyebab pasti tidak tahu, untuk permintaan sepertinya juga masih stabil. Tapi tiba-tiba harganya merosot tajam beberapa waktu terakhir ini,” ucapnya.
Dikatakan Riyadi, agar kerugian tak terlalu besar saat ini petani di Kadirejo mendapat pendampingan dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk mengolah porang. “Ini kita melakukan pengolahan sendiri dengan pendampingan dari Undip untuk mengolah porang, porang kita olah jadikan kue,” ungkapnya.
Harapannya, dengan diolah menjadi kue, harga makanan olahan porang menjadi lebih kompetitif. “Karena harga porang merosot, diolah menjadi kue agar harganya menjadi lebih baik,” kata Riyadi.