RASIKAFM.COM | SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah mencatat deflasi sebesar 0,10% (mtm) pada Agustus 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan deflasi nasional yang berada di level 0,08% (mtm). Sebelumnya, Jawa Tengah sempat mengalami inflasi 0,18% (mtm) pada Juli.
Secara tahunan, inflasi di Jawa Tengah tercatat 2,48% (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 2,31% (yoy). Seluruh kota pantauan inflasi di provinsi ini menunjukkan tren deflasi bulanan, dengan yang terdalam terjadi di Kabupaten Rembang (-0,20% mtm).
Pangan Jadi Penopang Deflasi
Deflasi terutama disumbang oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (-0,19% mtm). Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain:
Cabai rawit, seiring panen di Temanggung, Brebes, dan Magelang.
Tomat dan bawang putih, karena pasokan pasar yang mencukupi.
Telur ayam ras, sejalan dengan meningkatnya produksi peternak.
Meski demikian, beberapa komoditas masih mencatat inflasi, seperti daging ayam ras (0,02% mtm) akibat kenaikan harga di tingkat distributor, dan beras (0,01% mtm) karena berakhirnya panen raya serta kendala distribusi.
Pendidikan dan Transportasi Dorong Kenaikan Harga
Tekanan inflasi juga datang dari kelompok Pendidikan (0,06% mtm), menyusul masuknya tahun ajaran baru 2025/2026. Biaya kuliah perguruan tinggi dan biaya sekolah dasar mengalami kenaikan, terutama pada komponen UKT dan pendaftaran ulang.
Kelompok Transportasi (0,01% mtm) turut menambah inflasi, dipengaruhi normalisasi tarif kereta api setelah diskon pada Juli. Namun, kenaikan tersebut tertahan oleh:
Penurunan harga BBM Pertamina pada awal Agustus (Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95).
Diskon tiket pesawat dari sejumlah maskapai dalam rangka HUT ke-80 Republik Indonesia.
Upaya Kendalikan Inflasi
Ke depan, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah. Program pengendalian difokuskan untuk menjaga kecukupan pasokan serta kelancaran distribusi barang dan komoditas, agar inflasi tetap terkendali di rentang sasaran 2,5 ± 1%.(hwb)