RASIKAFM.COM | UNGARAN – Di tengah hiruk pikuk kota dan kesibukan sehari-hari, banyak dari kita mencari tempat pelarian yang menawarkan ketenangan dan kedamaian. Ada yang memilih berolahraga, beristirahat, hingga berkunjung ke suatu tempat.
Di Dusun Pateran, Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ada sebuah tempat yang sangat cocok untuk menepi dan menenangkan diri. Namanya Penjawi Mudal. Tempat ini hadir sebagai oase yang menjanjikan pengalaman menginap yang berbeda dengan nuansa pedesaan yang kental dan keindahan alam yang memukau.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, para tamu akan langsung disambut oleh pemandangan hamparan sawah dan telaga yang menyejukkan mata. Suara gemericik air sungai dan kicauan burung menambah suasana damai yang sulit dilupakan.
Owner Penjawi Mudal, Gunawan Herdiwanto menerangkan cikal bakal dibangunnya Penjawi Mudal. Sekitar tahun 2012, ia membeli sebidang sawah yang sudah tidak produktif akibat struktur tanahnya yang berbatu. Setelah dibeli dan hendak dibangun, ternyata terdapat mata air.
“Dari mata air itu akhirnya saya buatkan sebuah kolam berukuran persegi seperti yang bisa dilihat sekarang,” kata Iwan (sapaan akrabnya) saat ditemui, Sabtu (29/6/2024).
Menurut penuturan para sesepuh dan cerita turun temurun masyarakat setempat, jelas Iwan, wilayah Kecamatan Suruh memiliki sejumlah mata air keramat. Di antaranya Sendang Kalipancur, Paseban, Putri, dan Santri. Sendang Santri berlokasi tak jauh dari Penjawi Mudal.
“Sendang inilah yang konon katanya menjadi lokasi bersuci Sunan Kalijaga saat mencari kayu untuk tiang Masjid Agung Demak dari daerah Jatirejo,” ujarnya.
Faktor inilah yang membuatnya terinspirasi membangun sebuah tempat untuk mencari ketenangan batin, jauh dari hingar bingar dunia luar. Layaknya filosofi mata air sebagai sumber kehidupan, maka Penjawi Mudal bisa menjadi tempat menemukan siapa sesungguhnya dan dari mana kita berasal.
Penjawi Mudal menyediakan sejumlah fasilitas bagi para tamu yang menginap. Terdapat empat bangunan berupa joglo dan Bale (rumah adat Susu Sasak) dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tiga bangunan difungsikan sebagai jineman (kamar) yang terdiri dari dua joglo dan satu Bale. Sisanya difungsikan sebagai musala.
Masing-masing jineman dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan fasilitas lain seperti wi-fi dan televisi. Hidangan welcome drink berupa jamu kunir asem dan jajan pasar seperti lupis, cenil, klepon, dan gethuk bisa anda nikmati jika menginap di sini.
“Kalau menu andalan di resto, ada ikan nila bakar segar yang diambil langsung dari kolam,” bebernya.
Tarif yang dipatok juga terbilang sangat terjangkau. Satu malam menginap di sini, anda cukup membayar Rp250 ribu. Itu sudah termasuk fasilitas breakfast gratis untuk dua orang.
“Jangan dibayangkan seperti homestay mewah, kita sedang berjalan menuju ke sana. Tapi yang kami tawarkan benar-benar bagaimana hidup di lingkungan pedesaan yang tenang,” jelas Iwan.
Hal lain yang menjadi daya tarik adalah pengunjung bisa berenang dengan ikan dewa (Tor soro) sirip merah. Ikan dewa dipercaya memiliki kekuatan mistis dan dianggap sebagai penjelmaan leluhur oleh masyarakat setempat. Mitos ini menjadikan ikan dewa dilindungi dan dihormati. Bagi tamu homestay, fasilitas ini gratis. Namun bagi pengunjung umum dikenakan tarif Rp25 ribu untuk dewasa dan Rp10 ribu untuk anak-anak. (win)