RASIKAFM.COM | SALATIGA – Menyikapi adanya rencana kebijakan pemerintah pusat melalui surat edaran bersama (SEB) tiga menteri soal pembelajaran di bulan Ramadan, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Salatiga menginstruksikan sekolah pendidikan dasar untuk membuat program yang menunjang kegiatan keagamaan.
“Kami mendukung dan siap melaksanakan SEB tentang pembelajaran di bulan Ramadan tahun 2025. Kami akan minta sekolah untuk membuat program untuk menunjang kegiatan keagamaan serta meningkatkan iman dan taqwa, sesuai agama masing-masing,” kata Kepala Disdik Kota Salatiga Nunuk Dartini, Kamis (23/1/2025).
Menurutnya untuk mengoptimalkan pembelajaran di sekolah, selain menginstruksikan sekolah membuat program penunjang, Disdik juga akan juga akan melakukan monitoring ke sekolah-sekolah lewat pengawas dan bidang pendidikan dasar. “Kami langsung sosialisasikan SEB tersebut ke sekolah maupun masyarakat lewat media sosial Disdik,” ujarnya.
Ditanya mengenai kendala, Nunuk menyatakan, tidak ada kendala dalam melaksanakan SEB tersebut. “Sama sekali tidak ada (kendala). Orang tua dan komite sekolah sangat mendukung SEB tersebut,” tandasnya.
Sebagai informasi, pemerintah menerbitkan surat edaran pembelajaran saat Ramadhan. Yakni Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Menteri Agama RI, dan Menteri Dalam Negeri RI, Nomor 2 Tahun 2025, Nomor 2 Tahun 2025, dan Nomor 400.1/320/SJ, tentang Pembelajaran di Bulan Ramadan Tahun 1446 Hijriah/2025 Masehi. Dalam surat edaran tersebut disebutkan, siswa belajar di rumah pada pekan pertama bulan ramadan, yakni 27-28 Februari dan 2-5 Maret 2025.
Sementara itu, salah seorang orang tua siswa, Agung Nugroho mengaku menyambut baik adanya keputusan pemerintah ini. Menurutnya, belajar di rumah selama satu pekan pada awal bulan ramadan cukup baik. Daripada kabar sebelumnya yang akan diperlakukan belajar di rumah selama satu bulan penuh.
“Kalau satu pekan saya rasa bagus. Kita bisa memantau awal anak puasa. Nanti setelah satu pekan mereka terbiasa (berpuasa) bisa bersekolah,” kata Agung.
Dikatakan, jika belajar di rumah dilaksanakan selama satu bulan penuh, dirinya khawatir anak-anak akan fokus bermain handphone dari pada belajar.
“Kalau satu bulan full. Ya pusing nanti malah lebih banyak bermain handphone dari pada belajarnya,” jelasnya.