RASIKAFM.COM | TUNTANG – Program pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren terus menunjukkan hasil yang menjanjikan. Ketua Baznas Kabupaten Semarang, Khadziq Faisol, menegaskan bahwa pihaknya akan terus memperluas program bantuan kewirausahaan bagi para santri sebagai langkah strategis menciptakan kemandirian ekonomi.
“Program ini tidak hanya memberdayakan santri secara ekonomi, tetapi juga mendorong mereka yang sebelumnya mustahik atau penerima zakat untuk bertransformasi menjadi muzakki atau pemberi zakat,” ujar Faisol usai menyaksikan panen perdana ikan lele dari kelompok peternak Pinggir Kali Farm di Pondok Pesantren Al Ihsan, Desa Sraten, Tuntang.
Dalam acara tersebut, hadir pula Camat Tuntang Aris Setyawan yang mewakili Bupati Semarang H. Ngesti Nugraha, Kades Sraten Rohmat, serta perwakilan Baznas Kabupaten Semarang.
Dari Budidaya hingga Hilirisasi Produk
Baznas tidak hanya memberikan bantuan modal, tetapi juga mendukung keberlanjutan program pemberdayaan melalui berbagai tahapan. Salah satu contohnya adalah pengembangan usaha budidaya ikan lele Pinggir Kali Farm, yang kini telah merambah sektor hilirisasi. Para santri telah mulai mengolah lele hasil panen menjadi produk siap konsumsi dalam kemasan vakum.
“Baznas akan mengkaji dukungan lebih lanjut, baik dalam hal pengemasan maupun pemasaran produk agar memiliki daya saing lebih tinggi di pasar,” tambah Faisol.
Program Santri Entrepreneurship ini tidak terbatas pada budidaya lele saja. Faisol menyebutkan bahwa Baznas juga telah menyalurkan bantuan untuk usaha ternak kelinci dan bisnis angkringan. Ke depan, berbagai rintisan usaha ekonomi produktif lain, seperti pertanian, perkebunan, konveksi, hingga pemasaran online, akan terus didorong.
Pendampingan dilakukan secara bertahap, mulai dari diskusi intensif untuk menilai kelayakan usaha, pelatihan teknis, hingga pemberian modal usaha.
Ketua Kelompok Tani Pinggir Kali Farm, Saiq Ahmad, menjelaskan bahwa saat ini ada 20 santri yang terlibat dalam budidaya ikan lele. Mereka merupakan peternak pemula yang telah mendapatkan pelatihan khusus.
Di tahap awal, sebanyak 16.000 bibit lele dikembangkan dalam empat kolam bundar. Hanya dalam tiga bulan, para santri berhasil memanen sedikitnya 900 kilogram ikan lele dengan omzet mencapai lebih dari Rp16 juta.
Selain menjual lele segar, para santri juga mulai merintis pengolahan produk berbasis ikan lele. Saat ini, mereka mampu memproduksi hingga satu kuintal lele bumbu per bulan dalam kemasan vakum yang dapat bertahan hingga lima bulan.
Dengan skema pemberdayaan ini, santri tidak hanya memperoleh keterampilan wirausaha, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi mandiri yang berkelanjutan di lingkungan pesantren.