UNGARAN – Sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana yang perlu mendapat perhatian serius menjelang puncak musim hujan.
Wilayah tersebut antara lain Banyubiru, Getasan, Sumowono, Ungaran Timur, Bringin, dan Suruh, yang memiliki potensi tinggi terhadap tanah longsor, banjir, maupun puting beliung.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha mengatakan, hasil evaluasi dan laporan BPBD menunjukkan sejumlah kejadian bencana sudah terjadi sepanjang tahun 2025.
“Hingga 29 Oktober tercatat 71 kejadian tanah longsor, 42 kebakaran rumah, 22 kekeringan, 15 puting beliung, 13 banjir, tiga kebakaran lahan, satu gempa bumi, serta puluhan kejadian lainnya,” ujarnya saat Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Tahun 2025 di Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Kamis (30/10/2025).
Ia mengatakan, BMKG memprediksi curah hujan di wilayah Kabupaten Semarang masih cukup tinggi, sehingga masyarakat di daerah rawan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Kita harus siap setiap saat, dan terus memperkuat koordinasi lintas instansi agar penanganan bencana bisa cepat dilakukan,” kata Ngesti.
Menurutnya, Pemkab Semarang telah melengkapi perlengkapan darurat dan berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti BPBD, Tagana, Baznas, DPU, dan Dishub.
“Ketersediaan alat berat ada di BPBD dan DPU. Jika dibutuhkan tambahan, kami juga sudah menyiapkan anggaran untuk sewa alat berat,” jelasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, menjelaskan bahwa wilayah lereng gunung seperti Banyubiru, Getasan, Sumowono, dan Jambu berpotensi mengalami longsor. Sedangkan Suruh, Bringin, Bancak, dan Kaliwungu rawan puting beliung, sedangkan banjir kerap melanda Ungaran, Ambarawa, Tuntang, Getasan, dan Susukan.
“Kami sudah menyiagakan personel dan peralatan bersama unsur TNI, Polri, serta relawan kebencanaan. Sistem peringatan dini manual juga telah dibangun untuk memperkuat sinergi komunikasi dan penanganan,” tutur Alexander.
Sementara itu, Kepala Basarnas Kota Semarang Budiono menegaskan pihaknya siap siaga 24 jam dalam menghadapi potensi bencana.
“Kami terus melakukan pelatihan dan simulasi bersama relawan serta memperkuat kerja sama dengan BPBD di wilayah Jawa Tengah,” ujarnya. (win)