Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengadakan seminar kebangsaan bertajuk “Membangun Wawasan Kebangsaan di Era Disrupsi Informasi: Strategi Pemerintahan Jokowi Menjaga Keamanan Nasional”, (18/07/2022). Kegiatan yang diselenggarakan di Balairung Universitas ini dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P., secara daring.
Kepada para peserta yang terdiri dari akademisi UKSW, forkopimda Provinsi Jawa Tengah, forkopimda Kota Salatiga, serta sejumlah tamu undangan, Ganjar menyebut bahwa tema yang dibahas dalam seminar ini sangatlah menarik. Hal ini menurutnya tidak lepas dari dibutuhkannya konsolidasi dari seluruh elit negara dalam menjaga keamanan negara.
“Wawasan berbangsa kita bangun dalam menghadapi kondisi yang tidak gampang. Saat ini pun terjadi gejolak geopolitik. Dalam hal ini peran perguruan tinggi, pemerintahan dan masyarkat penting untuk menyukseskan konsolidasi. Menjadi menantang dan menarik karena kita dituntut untuk berpikir mencari solusi alternatif dan berbagi peran,” tegasnya.
Adapun dalam catatan pengantar yang disampaikan di awal seminar ini, Rektor UKSW Neil Semuel Rupidara, S.E., M.Sc., Ph.D., mengatakan bahwa negara menargetkan ribuan orang untuk bersekolah hingga meraih gelar profesor dan kembali untuk memajukan Indonesia. Namun realitanya tidak semuanya memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi. Dirinya berharap seminar ini dapat membawa pesan menuju Indonesia yang diimpikan.
Hadir sebagai salah satu narasumber dalam seminar ini adalah Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, S.I.P. Menurutnya fenomena global seperti adanya pandemi Covid-19, dinamika Rusia dan Ukrania yang membawa pengaruh pada harga beberapa komoditas penting seperti minyak dan gandum, serta adanya turbulensi energi menjadi tantangan ketahanan Indonesia saat ini.
Mengelola negara di tengah-tengah situasi global seperti saat ini ditegaskannya bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu pemerintah dituntut untuk dapat bekerja cepat dan profesional, dengan tetap berhati-hati dan menaati asas clean goverment dan juga good governance. Tidak mudah bagi pemerintah untuk mencari titik keseimbangan antara demokrasi dan stabilitas.
Menghadapi kondisi ini, pria yang pernah menjabat sebagai Panglima TNI ini menyebut bahwa generasi muda sebagai calon pemimpin di masa depan perlu disiapkan agar cita-cita Indonesia menjadi negara maju tahun 2045 tercapai.
“Generasi muda perlu memiliki kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, serta kreatif dan inovasi. Hal itu menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ketahanan Indonesia saat ini. Tanpa ketiga kunci itu, kita akan ketinggalan. Be innovative or die,” imbuhnya.

Sementara itu, Doktor Geopolitik Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., menyebut bahwa tujuh variabel pemikiran geopolitik Soekarno dapat menjadi peta jalan kebijakan pertahanan negara dalam mengkaji dan melahirkan kebijakan pertahanan negara.
“Pemikiran geopolitik Soekarno bercorak kritis sebagai progressive geopolitical coexistence berdasarkan pada body of knowledge dan tujuh variabel geopolitik Soekarno. Ketujuh variabel itu yakni demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, ko-eksistensi damai serta sains dan teknologi,” ucap peneliti pemikiran politik Soekarno dan relevansinya terhadap pertahanan negara tersebut.
Teori geopolitik Soekarno disebutnya sangat relevan sebagai landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan negara di dalam menghadapi pertarungan geopolitik kontemporer saat ini.
Lebih lanjut, keterkaitan antara kepemimpinan nasional yang memiliki cara pandang geopolitik di dalam upaya memperjuangkan national interest dalam dialektika dunia global, diwujudkan dalam upaya membangun, mendayagunakan seluruh instrument of national power bagi ketahanan nasional Indonesia.