UNGARAN – Sejumlah perajin tahu di lingkungan Jatisari, Kelurahan Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang harus rela menelan ‘pil pahit’ karena harga kedelai tak kunjung turun. Bahan dasar pembuatan tahu itu saat ini menyentuh Rp 12.900 per kilogram, padahal minggu lalu masih Rp 11.800 per kilogram.
Indah (50) salah seorang perajin tahu mengaku ‘tombok’ karena ongkos produksi tidak sebanding dengan omzet yang didapatnya.
“Mungkin karena (harga kedelai) naiknya sedikit demi sedikit, jadi kami juga nggak berani menaikkan harga tahunya,” ungkapnya saat ditemui, Kamis (6/10/2022).
Dikatakannya, dalam sehari biasanya ia membeli kedelai sebanyak 200 kilogram untuk dibuat menjadi tahu baik mentah atau matang dan dijual di Pasar Babadan.
“Jadi dikalikan saja, per kilogram (kedelai) saya beli Rp 12.900, jadinya Rp 2.580.000. Untuk tenaga ada tiga orang, minyak goreng 34 kilogram, total Rp 3.500.000 modalnya. Beberapa waktu terakhir, saya cuma bisa dapat Rp 3 juta per hari, tombok,” keluhnya.
Untuk menyiasati agar tidak semakin merugi, ia terpaksa harus memperkecil ukuran tahunya. Jika biasanya satu kotak bisa dipotong menjadi 75 bagian, sekarang ini bisa menjadi 80 bagian.
“Harganya tetap, antara Rp 250 sampai Rp 500 per biji. Mau dinaikkan ya kasihan yang beli, wong harga kedelainya naiknya juga nggak terlalu banyak,” urainya.
Sementara pantauan harga tahu di Pasar Bandarjo per hari ini masih stabil. Seperti yang diungkapkan oleh Munawaroh, salah seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Bandarjo. Ia menjual seharga Rp 5.000 sampai Rp 7.000 per 10 biji.
“Harga belum ada perubahan, cuma mungkin ukurannya agak kecil,” tuturnya. (win)