RASIKAFM – Ada warga yang sengaja memajang tanaman hias itu untuk sekadar mempercantik teras rumah. Namun, ada juga yang berinisiatif untuk membudidayakan tanaman tersebut guna memenuhi permintaan pelanggan.
Salah satunya adalah Marjuki. Sejak enam bulan terakhir, Marjuki giat membudidayakan berbagai tanaman hias. Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan pasca-dirumahkan dari pabrik tempatnya bekerja akibat pandemi Covid-19.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=22kLhzSPYLs[/embedyt]
“Daripada nganggur, enggak ada kerjaan, akhirnya saya merintis usaha jual beli tanaman. Lumayan, hasilnya bisa buat tambahan memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar Marjuki saat dijumpai rasikafm.com di kampungnya, jumat 12 maret pagi.
Ternyata Marjuki tidak sendirian membudidayakan tanaman hias. Di Kampung Nobo Tengah, Kelurahan Noborejo, Argomulyo, Salatiga, ada sekitar 32 kepala keluarga yang menggeluti usaha serupa. Selain karena terdampak pandemi, warga tergiur membudidayakan tanaman hias karena tergiur omzet yang lumayan. Terlebih lagi, bisnis jual beli tanaman hias saat ini tengah booming.
Warga pun saling bahu membahu dalam membudidayakan tanaman hias. Akhirnya, mereka pun membentuk sebuah paguyuban bertajuk Nobo Remboko.
“Melalui komunitas ini kita bisa saling bantu dalam membudidayakan tanaman hias. Jadi kami mulai merintis usaha dan menjadikan kampung ini sebagai kampung tanaman hias,” ujar pria yang juga Ketua Nobo Ngremboko itu.
Dilain pihak Pembina Nobo Remboko, Budi Santoso, menilai Kampung Tanaman Hias yang dicanangkan di Nobo Tengah, Salatiga, saat ini masih dalam fase berkembang karena baru dirintis enam bulan lalu.
“Jadi saat ini belum banyak yang bisa dijual karena masih fokus memperbanyak varian. Tapi, kalau sudah jadi tentu prospeknya sangat bagus bagi warga,” tutur Budi.a
Budi mengaku sudah menggeluti bisnis tanaman hias sejak 2005 silam. Dari bisnis itu, ia pun sanggup meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.
Ia membudidayakan berbagai jenis tanaman hias mulai dari varigata, aglonema, syngonium, philodendron, hingga keladi. Harga jualnya pun bervariatif, mulai dari Rp15.000 hingga Rp25 juta.
“Bunga itu dihargai mahal karena beberapa faktor. Mulai dari penataan bunganya, karakter bunga, kesehatan, serta prestasi saat mengikuti kontes,” terangnya. (rief)